Pembangunan IKN Justru Menjauhkan Indonesia dari Mimpi Indonesia Emas
Jika Indonesia masih memaksakan pembangunan IKN di Kalimantan sekarang, maka sudah dapat dipastikan bahwa mimpi “Indonesia Emas” pada 2045 akan tetap menjadi mimpi selamanya.
Mengapa?
Karena “Indonesia Emas” hanya akan tercapai jika:
__________
Rakyat memiliki pendidikan berkualitas dan gratis.
Anak-anak mendapatkan gizi yang cukup agar tumbuh cerdas.
Lapangan kerja terbuka luas dengan upah layak.
Rakyat mendapatkan akses kesehatan gratis.
Korupsi diberantas hingga ke akar-akarnya.
Infrastruktur publik (non berbayar) yang menyentuh rakyat dibangun secara merata.
__________
Pembangunan IKN tidak menjawab semua itu.
Sebaliknya:
_________
Pembangunan IKN menguras ratusan triliun rupiah anggaran negara yang seharusnya bisa untuk pendidikan, kesehatan, pangan, dan riset teknologi.
Hanya segelintir orang yang akan menikmati keuntungan dari projek IKN ini. Sementara rakyat masih bergelut dengan harga sembako mahal dan pengangguran.
Risiko gagal dan mangkrak akan menambah beban utang negara.
________
Rakyat butuh pemimpin yang berpihak kepada mereka, bukan pencitraan.
Mimpi Indonesia Emas bukan dibangun dengan kota mewah yang hanya bisa dinikmati segelintir orang, melainkan dengan keadilan sosial, pemerataan pendidikan, dan pemerataan kesejahteraan.
Jika pemerintah tetap memaksakan pembangunan IKN demi ambisi politik dan pencitraan, maka:
_________
Impian menjadi negara maju hanya akan menjadi slogan di atas panggung perayaan.
Indonesia akan terjebak dalam krisis fiskal.
Generasi muda akan menanggung beban utang dari projek ini di masa depan.
____________
Jika pemerintah sungguh serius ingin mewujudkan Indonesia Emas, langkah pertama adalah membatalkan pembangunan IKN dan mengalihkan anggaran untuk pembangunan yang benar-benar dibutuhkan rakyat.
Negara berkembang seperti Indonesia mestinya bisa lebih cerdas dengan meniru pelajaran dari negara maju seperti Jepang, Korea Selatan dan Saudi Arabia. Tidak perlu riset mahal. Cukup dengan menimba pengalaman negara-negara lain. Tapi jika pelajaran itu diabaikan, maka kita bukan sedang mengejar ‘Indonesia Emas’, tapi sedang menyiapkan ‘Indonesia Gagal Bayar'.
Menghentikan projek IKN mungkin dianggap sebagai pengakuan atas kegagalan visi, dengan risiko dampak politis dan psikologis bagi para elit yang mengusungnya.
Namun, mempertahankan projek tersebut demi gengsi justru bisa menjadi beban besar bagi generasi mendatang. Lebih bijak berhenti lebih awal, daripada melanjutkan sesuatu yang jelas-jelas menuju jalan buntu.
Atau jangan-jangan Indonesia Emas hanya jargon yang dibuat untuk membius rakyat demi mempertahankan kekuasaan kroni status quo. Bukan benar-benar visi jangka panjang pembagunan.
___________
Rabu, 6 Agustus 2025
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat!