tag:blogger.com,1999:blog-57067078454117514302024-03-05T21:22:12.039+00:00vkusral's blogLebih suka kami Indonesia tenggelam di dasar lautan daripada jadi embel-embel daripada bangsa asing. (Muhammad Hatta)vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.comBlogger243125tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-6653978899998151502019-05-25T09:07:00.001+01:002019-05-26T10:01:05.125+01:00Sekadar Mengamati Video Sadis 23 Mei 2019<div style="text-align: justify;">
Oleh: Asyari Usman (Wartawan Senior)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir tidak ada bedanya dengan keberingasan tentara Israel ketiga mengejar anak-anak remaja yang melakukan ‘intifada’. Bahkan, mungkin yang ini lebih sadis lagi. Jangan-jangan mereka telah dikursuskan bagaimana cara melakukan kesadisan. Cara menyiksa dengan keroyokan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah kesimpulan saya setelah memutar beberapa kali video yang menunjukkan seseorang yang tak lagi berbaju, sedang dikeroyok oleh sekitar 8-10 para petugas yang berseragam gelap. Mereka ada yang memegang senjata laras dan alat-alat proteksi tubuh yang cukup lengkap. Beberapa orang menyandang tameng (perisai). Rata-rata mereka memegang semacam kayu panjang (diperkirakan potongan rotan).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dyTL5B0_XuQq6XrvuRBwcwA7-H1vrBd5GashXkjp6WF6MUSxPDkHWhKYQ0UcOdkJFh2JUM0KSTxpf4CNJ9Wsg' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwSBf6SFHEU3YjHbtC9fIva4ojfRKIByIJamQhPIOvPaKYhTtY1cm8wbDXWEQ5YitHVymaK8mIh0JISh4HjaA' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />
Video ini direkan dari posisi gedung bertingkat. Lokasi kejadiannya tampak seperti halaman masjid. Perekam video itu berkomentar bahwa seseorang yang dikeroyok itu kemungkinan anak remaja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para pengeroyok itu beringas bagaikan sudah lama tidak berjumpa mangsa. Yang dikeroyok tampak tidak lagi bergerak. Apalagi melawan. Ada sesekali dia terlihat menggerakkan kakinya. Mungkin, itulah gerakan terakhir anak tsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Metode penyiksaan itu tidak tanggung-tanggung. Para petugas yang memegang senjata laras memukulkan popor dan batang senjata mereka dengan ‘full force’ (sekuat tenaga). Yang lain-lainnya memukulkan rotan ke tubuh yang tampak telah lembik terkulai-kulai itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan kaki yang terbungkus sepatu ‘riot gear’ (sepatu keras), salah seorang petugas berseragam gelap itu menendang bagian dada atau kepala anak itu. Sekuat tenaga juga. Bayangan saya, seandainya pun badan anak itu sedang dibalut alat alat proteksi, hampir pasti dia akan mengalami luka berat. Luar-dalam. Tak mungkin selamat dengan tendangan yang diayunkan sepenuh hati itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam keadaan yang sudah tak bergerak lagi, masih sanggup para pengeroyok bersenjata lengkap itu memukuli si anak malang tsb. Luar biasa hebat aparat seragam gelap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah puas mengeroyok anak itu, dua orang petugas menyeret tubuh yang ‘telah diam’ itu ke satu tempat. Rekaman video pun selesai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melihat video itu, saya bertanya-tanya apa gerangan yang menyebabkan aparat seragam gelap menjadi begitu sadis, beringas, kalap dan lupa diri? Pendidikan atau pelatihan macam apa yang diberikan kepada mereka? Indoktrinasi seperti apa yang disuntikkan ke kepala mereka?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus, apakah ada SOP untuk mengeroyok target yang sudah tak berkutik, yang telah terkulai-kulai? Apakah ada materi pelatihan yang khusus menghilangkan rasa kasihan terhadap korban yang sudah tak berdaya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah tidak ada materi tentang kemanusiaan dan keberadaban? Apakah mereka sengaja dilatih untuk menjadi seperti, maaf, srigala kelaparan? Yaitu, srigala yang akan mengeroyok mangsanya sampai mati?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aparat seragam gelap di video itu bagaikan tidak pernah tahu Pancasila. Bagaikan tak kenal Tuhan. Seperti orang yang tak beragama. Bagaikan tak punya anak-kemenakan remaja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ingin rasanya mendapatkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Tapi, ada video lain yang bisa “menghibur”. Yaitu, rekaman yang menunjukkan ratusan seragam gelap berjoget gembira di jalanan. Mereka tampak senang. Melompat-lompat kegirangan. Kurang jelas apakah mereka berjoget-ria setelah berhasil mengeroyok sampai tuntas anak remaja itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya teringat dengan nasib rakyat Palestina yang dikejami terus-menerus oleh polisi dan tentara Israel. Teringat dalam konteks begini: mengapa tidak kita salurkan saja kehebatan seregam gelap itu untuk melindungi warga Palestina?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya bayangkan, ketangkasan keroyok seragam gelap itu mungkin bisa menghalau tentara Israel dari tanah Palestina. Barangkali perlu kita coba. Siapa tahu!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-25085454766249395122019-05-23T20:41:00.000+01:002019-05-23T20:48:24.141+01:00Pilpres 2019 Yang Menentukan<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh: Prof. Dr. Moeflich Hasbullah (Pakar Sejarah Islam, Dosen UIN Sunan Gunung Djati)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mengapa pilpres yang hanya soal pergantian presiden dan kita sudah pengalaman menyelenggarakannya beberapa kali tapi sekarang ini demikian panas, tegang, sulit saling mengalah, kecurangan masif berani terang-terangan? Petahana akan menangkap siapa saja yang dianggapnya provokator bahkan sekarang dibuatkan hukum oleh Wiranto untuk menangkap siapa saja yang menghina Jokowi. Sisi lain, oposan akan mengerahkan gerakan rakyat yang disebut people power walaupun sebuah gerakan damai.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kata "kalah" sekarang ini, nampaknya tidak akan diterima oleh kedua belah pihak. Apakah kekalahan tidak akan diterima hanya oleh kubu 02? Tidak. Kubu 01 juga sama, suasananya tidak akan menerima kekalahan untuk pilpres kali ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bagi kubu 02, pemilu kali ini penuh rekayasa, karena itulah kecurangan struktural dan masif disiapkan sejak awal, catatannya di tim BPN mencapai ribuan, termasuk membangun opini melalui <i>quick count</i> yang diyakini hanya pesanan semata, hanya konstruksi untuk mempengaruhi pikiran dan mental masyarakat agar hasil pemilu bisa diterima dari hasil quick count dan perhitungan KPU.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bagi kubu 01, pemilu kali tampaknya tidak bisa terima kekalahan karena diyakininya kelompok Islam radikal menyatu pada kubu 02 yang dituduhkannya akan merubah NKRI dan Pancasila. Prabowo iya nasionalis tapi dia didompleng oleh elemen Islam radikal dan ini membahayakan kelangsungan NKRI. Itulah pikiran di kubu 01. Maka, bagaimana pun caranya, 02 tidak boleh menang walaupun itu kekuatan rakyat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau soal pemilu biasa yang jurdil dan kondisi negara normal, kubu Jokowi dan kubu Prabowo pasti akan menerima kalah dan menang sebagai hal yang biasa. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tapi mengapa kondisi jadi rumit, panas, tegang dan gawat? Mengapa ada ribuan kecurangan yang dibaca masyarakat dari berita-berita media dan ditonton langsung dari banyak sekali video yang beredar? </span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mengapa survei dan <i>quick count</i> yang fungsinya membantu menghitung cepat tapi kali ini kontroversial dan tak diterima oleh satu paslon?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Berarti ada sesuatu. Itu jawabannya.......?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bukankah pada banyak pemilu sebelumnya, 'kwikkoun'p- tidak jadi masalah? Karena tidak ada nuansa kecurangan apalagi masif. Di pilpres 2019 ini, masalahnya jelas karena pemilunya tidak wajar. Bukankah sepanjang sejarah pemilu Indonesia baru kali ini begitu banyak kecurangan yang disaksikan masyarakat? Mengapa ada korban kematian panitia begitu banyak hingga 550 lebih? Ada apa? Apa artinya? Sekali lagi, artinya ada sesuatu, ada yang tidak wajar, ada misteri yang besar yang sekarang jadi kontroversi. Bukankah mudah saja memahami itu? Diagnosis Ikatan Dokter Indonesia sudah membuktikan mereka bukan mati oleh kelelahan. Kelelahan bukan penyebab langsung kematian. Bila kematian massal itu diautopsi, sebabnya akan terbuka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mana mungkin sebuah hasil pemilu akan diterima oleh peserta bila kecurangan begitu banyak?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di negara manapun pasti akan jadi masalah, yang kalah pasti akan protes karena permainan tidak fair, karena pemilu tidak jujur. Ada apa dengan kematian panitia KPPS hingga 500 orang lebih? Apakah ini pemilu yang biasa? Pemilu yg normal dan wajar? Tentu tidak. Semua masyarakat tahu dan merasakan ini pemilu yang tidak biasa, tidak wajar. Kematian massal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jadi, sekali lagi, ada apa dengan pemilu pilpres 2019?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mengamati dan merasakan ketidakwajaran Pilpres 2019</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebenarnya bukan soal Jokowi lawan Prabowo, bukan hanya soal pergantian presiden, bukan soal Islam moderat dan Islam radikal, bukan soal Pancasila vs Khilafah, bukan soal nasionalisme religius vs nasionalisme sekuler. Bukan soal rebutan kekuasaan antar anak bangsa. Kalau hanya itu semua, pemilu tidak akan segawat dan segenting ini. Dalam banyak hal masyarakat kita sudah terbiasa dan menerima perbedaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Maka, jawabannya tidak lain adalah sesuatu yang lebih besar dari sekedar pemilu. Yang lebih besar dari sekedar pergantian presiden yaitu masalah kedaulatan negara dan masa depan bangsa. Hanya, yang satu kubu seperti tidak perduli, tidak menyadari, karena lebih memandang aspirasi politik kelompoknya. Kubu lain tahu, sangat peduli dan melihat urusan yang lebih besar, yaitu soal kedaulatan bangsa dan negara yang sedang tergadaikan. Soal ancaman kepada rakyat yang akan jadi kacung di negerinya sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ini era global. Negara-negara besar mencaplok negara-negara lain tidak melalui penjajahan langsung tapi melalui neo-kolonialisme, melalui imperialisme politik yang gejalanya sudah banyak di Indonesia tapi masih juga sulit diyakinkan kepada sebagian masyarakatnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Samuel Huntington menjelaskan secara rasional dalam bukunya "<i>The Clash of Civilization and Remaking New Order</i>," bahwa negara-negara raksasa dengan ledakan penduduknya yang sudah tak terkendali di negerinya karena sudah lewat batas, pasti akan mencari sumber-sumber alam dan penghidupan dengan membanjiri negara-negara tetangganya dan menganeksisasi secara ekonomi dan politik. Kolonialisme dulu karena kerakusan, sekarang kolonialisme karena mempertahankan hidup dari negara yang terlalu besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Penduduk Cina sekrang sudah sekitar 1,4 miliar yang sumber alamnya sudah tak bisa diandalkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bagaimana ia harus mempertahankan hidup? Seperti air, dengan meluber keluar, menganeksasi bangsa-bangsa lain. Dan Cina sudah membuktikan itu dengan jebakan-jebakan utang yang besar yang membuat negara lain tidak berdaya: Tibet sudah jadi negara Cina, Malaysia sudah terlambat untuk bisa lepas dari hegemoni Cina.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rizal Taufikurahman mengungkapkan, Zimbabwe memiliki utang sebesar 40 juta dollar AS kepada China dan tak mampu membayar sehingga harus mengganti mata uangnya menjadi Yuan sebagai imbalan penghapusan utang sejak 1 Januari 2016. Nigeria yang disebabkan oleh model pembiayaan melalui utang yang disertai perjanjian merugikan dalam jangka panjang membuat China mensyaratkan penggunaan bahan baku dan buruh kasar asal China untuk pembangunan infrastruktur di Negeria.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sri Lanka yang juga tidak mampu membayarkan utang luar negerinya untuk pembangunan infrastruktur dan harus melepas Pelabuhan Hambatota sebesar Rp 1,1 triliun atau sebesar 70 persen sahamnya dijual kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China. Angola mengganti nilai mata uangnya. Zimbabwe juga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kapan Indonesia sadar?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hutang Indonesia sudah mencapai 5000an Triliun dan Indonesia akan kesulitan membayarnya. Satu-satunya cara adalah intervensi Cina harus diterima menghegemoni Indonesia dengan dikte-dikte ekonomi dan politiknya yang kini semakin kuat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Melalui konglomerasi raksasa, Indonesia harus di bawah kendali mereka. Jokowi dan petahana adalah akses yang bisa diintervensi yang selama menambah terus utangnya hingga titik kritis. Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman yang sangat berkuasa, sudah menandatangi 23 kontrak proyek dengan Cina untuk memperkuat dan semakin mengunci Indonesia dengan utang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Liputan Kompas dan banyak media lain mengkhawatir bahaya jebakan utang ini dan banyak tokoh mengkritiknya. Tapi Wiranto malah menyambutnya dengan membentuk Tim Hukum Nasional yang bernuansa dihidupkannya politik otoriter Orde Baru.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kesadaran ancaman atas kedaulatan negara disikapi berbeda oleh kedua kubu capres dan masing-masing pendukungnya. Petahana menganggapnya bukan masalah karena mungkin sudah akrab tanpa melihat dampak dan akibatnya, kubu oposisi sangat merasakan ini berbahaya bagi kelangsungan bangsa dan negara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kapan keduanya akan menyadari bersama? Mungkin kelak kalau bangsa ini, tanpa sadar dan tidak berdaya, sudah menjadi bagian dari negeri asing. Kita baru akan menyadari ketika kedaulatan sudah hilang di negeri yang dimerdekakan oleh hasil keringat darah rakyat, para pejuang dan para ulama dari 350 tahun kolonialisme.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Maka, ..............</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">siapa pemenang pilpres 2019 akan menentukan apakah Indonesia akan menjadi bangsa kacung dan kekayaan negerinya habis milik asing yang sekarang sebagiannya sudah terbukti atau menjadi negara dan bangsa "baru" yang berdaulat sebagai amanat Pancasila dan UUD 1945. Wallahu a'lam bisshowab.</span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-4365247048070298872019-05-22T19:54:00.002+01:002019-05-22T23:23:12.652+01:00Surat Terbuka Rizal Ramli: Korban Sudah Terlalu Banyak, Apakah Akan Kita Biarkan?<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">SAUDARA-saudara, bangsa kita di persimpangan jalan. Apakah kita meneruskan cara-cara curang, cara-cara yang tidak adil dan cara-cara yang semakin otoriter?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kita semua berjuang dengan susah payah,agar negara kita menjadi negara demokratis yang bertanggung jawab dan ngayomi rakyatnya. Saya pada waktu muda, umur 22 tahun diadili dan ditangkap, dipenjarakan di Suka Miskin karena ingin Indonesia yang demokratis, Indonesia yang adil.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tapi saya sedih sekali, hari ini kita kembali ke zaman otoriter, aparat digunakan untuk menangkap orang sembarangan. Menggunakan undang-undang anti makar. Saya mohon maaf, makar itu kalau dalam bahasa inggris, itu kudeta. Kudeta itu hanya bisa dilakukan oleh organisasi bersenjata. Tidak bisa rakyat biasa tanpa senjata dengan damai melakukan kudeta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Padahal, hak untuk berkumpul, untuk menyatakan pendapat, untuk mengekspresikan ketidakpuasan itu dijamin oleh UUD 1945. Artinya apa? Kita berkumpul menyatakan pendapat asal dengan damai, asal dengan tanpa kekerasan, itu dijamin oleh UUD 1945. Siapapun yang memberangus untuk menyatakan pendapat, untuk berkumpul, pada dasarnya melanggar UUD 1945.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pasal 28 E UUD 1945</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">(2) Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apakah akan kita biarkan? Korbannya sudah terlalu banyak. Saya tidak percaya tujuh ratusan itu meninggal hanya karena kelelahan. Karena kalau orang hanya kelelahan itu biasanya jatuh tertidur, kecuali dia penyakit gawat sebelumnya. Nah kami minta di buat tim pencari Fakta (TPF), kenapa sampai terjadi ini, yang independen.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Yang kedua, tahun 2014 sebetulnya sudah ada kecurangan, cuma 1-2 %, iya. Pak Prabowo waktu itu legowo, nrimo. Udahlah daripada rame-rame, iya kan? Dukung aja presiden yang terpilih. Tapi hari ini kecurangannya luar biasa besarnya. Ada 17,5 juta pemilih yang abal-abal, iya. Ada 13,5% dari total TPS yang diinput yang salah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Nah menurut saya, standar apapun di seluruh dunia, ini sudah keterlaluan. Kita tidak ingin pemerintah yang curang ini, dan juga ternyata tidak berpihak kepada rakyat. Ini bukan soal menang kalah lagi, ini bukan soal Prabowo-Jokowi lagi. Yang kita lawan ini adalah kecurangan, yang kita lawan ini adalah ketidakadilan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saudar-saudara, dengan izin Allah yang mahakuasa, insha Allah kebenaran akan ditegakkan. Pada akhirnnya akan ada perubahan untuk dan bagi rakyat kita semua. </span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Terima kasih. Salam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #252525; font-size: 15px; letter-spacing: 1px;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #252525; font-size: 15px; letter-spacing: 1px;"><a href="http://www.rmoljatim.com/read/2019/05/22/8190/1/Surat-Terbuka-Rizal-Ramli:-Korban-Sudah-Terlalu-Banyak,-Apakah-Akan-Kita-Biarkan?page=1"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">RMOL JATIM</span></a></span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-35844674958315989412019-05-21T00:46:00.000+01:002019-05-21T00:46:10.088+01:00Konflik Hubungan TNI dan Polri, Grand Design Pelemahan NKRI<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Oleh Letjen Marinir (Pur) Suharto</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Assalamu’alaikum Wr.Wb. Terima kasih atas waktu yang diberikan kepada saya. Pada kesempatan ini apa yang akan saya sampaikan adalah pendapat pribadi saya. Jangan dianggap ini sebagai pendapat TNI. Apa yang akan saya sampaikan pada kesempatan ini adalah hasil analisa saya terutama menyangkut persoalan skema pelemahan internal NKRI, yang kini muncul kepermukaan menjadi skema konflik TNI-Polri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kalau boleh saya katakan, apa yang dihasilkan oleh Reformasi 1998, menurut saya adalah sebuah penyimpangan. Karena reformasi itu hadir begitu cepat, sedang kita sendiri belum siap. Sehingga perjalanan reformasi ini kemudian “dibajak” oleh orang-orang yang telah siap finance dan programnya. Mereka adalah empat belas menteri yang mengkhianati Pak Harto. Merekalah yang kemudian menjadi “lokomotif” yang menyalip di tengah jalan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kembali kepada TNI dan Polri. Saya merasakan ini memang suatu kesengajaan. Kalau mau jujur saya katakan bahwa TNI dan Polri merupakan suatu badan yang berbeda. TNI itu adalah suatu institusi kombatan (tempur). Sedangkan Polri itu bukan institusi kombatan. Polri adalah non kombatan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Polri itu sebetulnya hanya menangani apa yang disebut dengan crime justice system, atau yang lebih kita kenal dengan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat (Tramtibmas). Tapi apa lacur pikiran kita dibelokkan sehingga dengan serta merta kita ikut latah dengan istilah pertahanan dan keamanannya TNI, seakan sama dengan istilah keamanannya Polri. Itu tidak betul. Keamanan ini security. Security as a whole include di dalamnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dahulu masalah itu diributkan oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan, itu sudah betul. Ironisnya sekarang setelah institusi TNI-Polri dipisah kok seakan semua setuju. TNI sebagai kombatan sudah kembali ke barak, dan meninggalkan sosial politiknya. Tapi ketika saya tanya, apakah Polisi Back to barrack? Tidak. Bahkan Polisi dipersenjatai seperti kombatan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ketika saya masih menjadi Irjen Dephan, saya habis-habisan menentang ini. Kenapa minta senjata AK? AK 97 adalah senjata kombatan bukan senjata Polisi. Senjata Polisi hanyalah untuk memberikan peringatan dan untuk membela diri. Makanya Polisi di Inggris senjatanya pakainya pentungan. Di Indonesia, Polisi malah dipersenjatai, pangkatnya persis pangkat tentara. Jenderal itu pangkat tentara bukan pangkat polisi. Kalau pangkat Polisi yang betul ya Inspektur, Komisaris, Ajun, sampai dengan Super Intendan. Tapi kita tidak, kita perkuat pangkat sama dengan Jenderal. Brimob disusun sampai susunan tempur, dulu saya sampai terkejut ketika hendak diberikan tank.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jadi kita tidak tahu lagi mana yang kombatan dan mana yang non kombatan. Pada waktu acara di Kampus UNAIR, yang dihadiri pula oleh beberapa petinggi Polisi, saya sampaikan kalau nanti sistemnya seperti ini, polisi yang tidak back to barrack. Kalau tidak back to barrack nanti kewenangan Polisi melampaui kapasitasnya. Siap tidak siap, mau tidak mau, nanti akan jadi tirani baru. Nah apa yang sekarang kita rasakan ini harus diwaspadai. Apalagi DPR sekarang tidak mengerti mana ketahanan mana keamanan sehingga secara membabi buta menyatakan keamanan tugas polisi, pertahanan tugas TNI, ini yang saya kira harus kita pelajari lebih mendalam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kalau kita belum bisa mendefinisikan dengan benar fungsi dan peran TNI-POLRI, maka sulit bagi kita mengandalkan keterlibatan mereka untuk memperkuat NKRI.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kenapa saya katakan polisi kewenangannya melampaui kapasitasnya? Pertama, polisi di bawah presiden melampaui kapasitasnya, di negara yang paling maju dimanapun tidak ada polisi di bawah presiden. Ini kewenangan melampaui kapasitasnya. Apalagi sekarang kita melihat kalau sidang kabinet, Polri hadir, panglima TNI juga hadir. Bagaimana kita tidak mengatakan bahwa TNI dan Polri tidak terlibat dalam politik?!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sekali lagi saya katakan pendapat saya, kalau salah dibuang, kalau benar saya kira bisa kita lanjutkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Untuk itu, sekarang bagaimana solusi untuk mendinginkan ini. Sulit. Kalau kita berkaca pada sistem yang ada ini memang sulit. Belum lagi ada kata kecemburuan sosial, anak-anak saya itu kalau cerita diam-diam dan dibelakang. Saya tanya, “Le, kenapa kamu tidak akur dengan polisi? Bagaimana ndan, kita itu gajian satu bulan sekali dia gajian tiap hari.” ini guyonan tapi menyengat. Karena masalah itu, kita paten-patenan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tahun 1998 yang kita selamatkan mereka. Ditahun itu kalau Polisi diuber-uber, kita yang selamatkan. Sampai Brimob yang ada di perempatan, bila tidak ada Marinir, sudah habis itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jadi, itu yang saya terus ingat. Itu salah satu kelebihan. Ada satu kapasitas lagi, Polisi mengurus mobil, BPKB, STNK, itu kan pajak-pajak mobil. Itu sebetulnya sektor keuangan, ranahnya Depkeu, bukan ranahnya polisi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Waktu saya Irjen ditahun 2000, ada lima (persoalan, red) yang diribut-ributkan, ada di Tempo. Lucu kalau saya ingat itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pertama, gedung PTIK, lahan PTIK yang akan diruilslah. Padahal menurut peraturan pemerintah harus izin ada izin Presiden, Sekeu, Departemen Keuangan. Dia mau rislah, dananya mau diambil sebagian untuk membuat Markas Besar Polisi, yang waktu itu terbakar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kedua, masalah mobil Timor. Mereka membeli mobil Timor 1033 dengan harga 60 juta, padahal saya marinir membeli mobil timor dari Mas Bambang 24,550 juta</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ketiga, masalah senjata. Dia mengajukan kepada Dephan, Pak Yuwono, minta 16.000 membeli senjata AK 97 dengan harga 63 juta. Beliau minta disposisi kepada saya. Saya lalu menghadap. Saya katakan, bahwa Senjata AK 97 ini dengan harga 7 juta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lebih aneh lagi kok minta 16 ribu (pucuk). Seingat saya, Marinir, anak buah saya cuma 16 ribu. Dan seingat saya Brimob itu tidak sampai sepertiga Marinir. Selebihnya senjata untuk siapa? Padahal proses pengajuan senjata itu dilihat dari klasifikasi senjatanya. Klasifikasi dilihat mana yang rusak berat, sedang, ringan. Keuangan kita hanya mencapai itu. Untuk rusak berat yang dibeli, itu yang rusak berat. Rusak ringan maupun rusak sedang masih dikalibrasi dengan depo senjata, yang ada di angkatan masing-masing.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Keempat, dana operasional SIM dan STNK. Dana ini adalah dana publik, uang rakyat. Polisi tidak boleh mengatur itu. Seharusnya SIM dan STNK ini dikerjakan oleh Depkeu dan Sekeu Departemen Perhubungan. Bukan oleh polisi. Ini yang harus diluruskan. Harus di reformasi. Kalau Mabes Polri perlu anggaran, dia harus mengajukan daftar usulan pembangunan kepada pemerintah. Pemerintah kemudian mengalokasikan dana sesuai kemampuan, dana harus masuk pemerintah dulu tidak boleh langsung dikelola hartanya sampai angka 45-46 Miliar. Saya kemudian cek ke Singapura alat komunikasi dengan spesifikasi dan merek ini berapa harganya untuk sekian unit. Saya dapatkan harga tidak sampai 5 M. Lalu terjadi kehebohan. Bahkan sampai bocor ke media. Saya lalu bilang kepada Pak Yuwono, “Kalau kebocoran itu berasal dari saya, hari ini saya siap untuk dipecat.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bagaimana mengetahui bocor atau tidaknya di wartawan. Oh gampang Pak, saya kalau membuat laporan tebusannya itu ada nomornya. Jadi nomor 1 adalah bapak Menhan, nomor 2 ini, lihat saja di wartawan pak itu jatuh dicopy nomor berapa. Kalau itu copy ada di dalam lingkungan Dephan, saat itu saya berhenti. Dan ternyata kebocoran itu ada di pihak Polisi sendiri, karena saat itu ada persaingan tahta kepolisian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ini ilustrasi saya yang bisa disampaikan terkait hubungan antara TNI dan polisi. Dan hal ini memang harus diselesaikan. Polisi kita sudah diciptakan seperti TNI. Unit non kombatan sudah kita jadikan seperti kombatan. Dan mereka sendiri sudah nikmat dan sulit untuk bisa kita ubah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tampaknya Polisi sudah merasa nyaman dengan Sistem ini. Saya kira satu-satunya jalan adalah merangkul kembali Polisi dan TNI dalam satu badan dan harus kita pikirkan kemana larinya? Atau posisi yang kedua mereka dikembalikan kepada Departemen Dalam Negeri seperti yang diwacanakan oleh Jokowi-JK.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mereka dulu paparan di Dephan, pokoknya kalau Mas Harto sudah pindah dari Dephan, kita akan paparan ulang di Dephan. Setelah saya tidak di Dephan lagi, konsep itu diterima oleh DPR. Itu yang saya takutkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Makanya sistem ini terus berjalan. Apakah ini merupakan skema pelemahan NKRI? Menurut saya ya. Sulit kita pungkiri kalau hal ini bukan merupakan bagian dari grand desain untuk pelemahan Republik ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saya melihat bahwa pelemahan Republik ini sudah sejak tahun 1955. Sejak maklumat wakil presiden nomor 50. Disitulah saat Indonesia dimasuki oleh alam liberal. One man one vote.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Disinilah awal kita meninggalkan amanah founding fathers kita yang terdiri dari berbagai suku. Maaf kalau saya katakan, terserah mau dinilai apa saya nanti. Maklumat Wapres itu wujud daripada pengkhianatan. Seperti kami di TNI, dalam kesatuan Batalyon, ada keluar perintah Wakil Komandan Batalyon. Wadanyon baru bisa memberikan perintah pada pasukan saat Komandan Batalyon mati. Begitu juga di Republik ini, maklumat Presiden harusnya baru bisa keluar bila Presiden sudah mati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kita sudah meninggalkan kebersamaan. Kita sudah meninggalkan semangat gotong royong. Kalau kita bicara gotong royong, bukan hanya sekedar pilar bangsa kita tapi juga dasar bangsa. Dimana dari dasar negara tersebut, ditegakkanlah pilar-pilar tersebut. UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Disitulah tiga pilar itu berdiri. Jadi bukan empat pilar berdiri disitu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sekarang kita sudah tahu kelemahan-kelemahan kita? Seperti pelajaran budi pekerti apakah masih diajarkan di sekolah? Sayang sudah dihapus. Padahal budi pekerti itu adalah bagian yang paling dasar dari Pancasila. Kita sudah tidak mengenal lagi gotong royong. Termasuk pelajaran ilmu bumi sudah tidak diajarkan lagi. Supaya apa? Supaya warga negara kita, anak bangsa kita tidak mengenal lagi tanah airnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saya terperangah pada saat ada perlombaan di televisi, dimana pelajar-pelajar SMA sebagai pesertanya tidak tahu Pontianak itu ada dimana. Ya Allah, Ya Rabbi. Itu juga bagian dari pelemahan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Seperti halnya Puan Maharani, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, masa dia katakan Banjarnegara di Jawa Barat. Nah itu adalah produk. Kalau dia katakan, dia adalah tokoh Pancasila, rasanya tidak percaya saya. Saya kira itu pelemahan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Apakah nanti TNI dan Polri bersatu lagi dalam rangka penguatan NKRI, kita bisa kaji lagi. Yang jelas, seperti kita saksikan sekarang ini mereka sudah memberikan kontribusi kepada pelemahan NKRI. Karena memang sudah samar wilayahnya. Samar sektornya. Ini kombatan, non kombatan atau dua-duanya kombatan. Sehingga sekarang bisa gagah-gagahan, mau bedil-bedilan ayo mari. Selama belum mengerahkan tank, loe punya senjata, gue juga punya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Inilah satu hal yang bisa saya sampaikan. Kedepan saya optimis mereka mampu secara internal menyelesaikan ini. Apabila semua pemimpin kita menyadari bagaimana problema kita dan yakin bisa kita atasi dengan sebaik-baiknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saya melihat hanya ada dua jalan bagi Polisi, pertama kembali kepada Dephan, atau kembali kepada Depdagri. Yang pertama tidak populer, apalagi sekarang sedang didengungkan civil society itu bagian di luar ABRI. Padahal kalau kita gali lebih dalam, civil society itu include di dalamnya TNI. Karena TNI itu juga bagian dari rakyat. Rakyat yang bertugas untuk pertahanan namanya TNI. Bidang pemerintahan namanya Pamong, bidang hukum adalah Hakim dan Jaksa semua itu dalam rangka civil society. Itu yang kita tanamkan kepada anak-anak kita. Namun saya tetap memberikan suatu optimisme kepada kita semua, bahwasannya NKRI Insya Allah, jika kita sadar, kita tetap bisa mempertahankannya. Kita tetap memilih NKRI daripada kita memilih 47 negara bagian. Terima kasih.</span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-40271422198898612212019-05-20T20:34:00.000+01:002019-05-20T20:38:09.981+01:00Surat Terbuka Untuk Bapak Jokowi dan Bapak Prabowo dari Jumiarti Agus di Jepang<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bapak Jokowi, dan Bapak Prabowo semoga Bapak-Bapak sehat selalu. Saya Jumiarti Agus, warganegara Indonesia yang tinggal di Jepang, yang serius bekerja di Jepang untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang sejak masih single, kemudian menikah, hamil, melahirkan, membesarkan anak dan menyekolahkan mereka mulai dari tingkat hoikuen, SD, SMP dan SMA. Sekarang anak saya yang paling besar bersekolah di sekolah khusus perempuan. Sangat komplit masa yang saya lalui di Jepang, ketimbang di Indonesia. Tidak hanya saya, semua orang asing yang tinggal dan pernah datang ke Jepang, merasakan kenyamanan, tinggal dan hidup di negeri Sakura.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kami merindukan semua kenyamanan itu bisa dirasakan oleh semua rakyat Indonesia. Selama tinggal di Jepang hak hidup dan berekspresi kami sama dengan mereka warga Jepang, anak-anak kami semuanya dapat subsidi dari pemerintah Jepang setiap bulan sejak lahir hingga mereka berusia 16 tahun. Anak anak bersekolah di SD dan SMP gratis, hanya untuk biaya ekstrakurikuler yang membayar. Biaya kesehatan, bahan makan, dan biaya hidup semuanya terjangkau. Suasana di lingkungan sungguh aman dan nyaman. Anak-anak hingga berusia 16 tahun mendapatkan tunjangan hidup 10-000 – 15,000 yen perbulan. Dan semua hal yang kami rasakan ini dirasakan sama oleh masyarakat di Jepang. Padahal negara Jepang tidak punya sumber daya alam apa pun, kecuali ikan di laut. Sementara kita negara kaya raya, semuanya kita punya, tapi rakyat yang miskin masih banyak. Sungguh sangat memilukan! Namun kalua kita bergiat tentu kita bisa membaik, InsyaAllah. (Tentang hal ini bisa dibaca di buku Menagapa Bertahan di Negeri Orang? ACIKITA Publising 2007).</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pak Jokowi dan Pak Prabowo Yth,</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya ingin berbagi info tentang pemilu dan sikap pemimpin di Jepang. Pemilu di Jepang, berlangsung aman dan damai. Tanpa ada hiruk pikuk kampanye, apalagi bagi bagi sembako, uang, baju kaus dari pemimpinnya. Semua itu tidak pernah ada. Rakyat mereka juga tidak mau dibohongi oleh pemimpinnya. Mereka melihat kenyataan dan berfikir dengan logis, apakah seorang pemimpin bagus atau tidak. Mereka semua akan memilih sesuai dengan hati nuraninya. Biasanya pemilihan umum menggunakan lokasi sekolah milik pemerintah, rakyat disekitar pemukiman akan datang dan antrian tertib pada hari H, kemudian memilih calon yang disukai.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pemilu di Jepang, tidak menghabiskan dana negara yang sangat besar, efisien, tertib, aman dan jujur. Semua pihak berlaku jujur, pemimpinnya jujur, penyelenggara pemilu jujur, dan rakyat juga jujur memilih pemimpin yang dia sukai. Sehingga pemimpin yang terpilih adalah pemimpin yang memang memenangkan suara rakyatnya, bukan pemimpin yang menang karena data yang dimanipulasi.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Kenapa semua mereka bisa berlaku jujur?”</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jawabannya adalah sistem pendidikan mereka yang dikonsep dan dilaksanakan dengan baik, dimana moral dan karakter anak sangat fokus ditanamkan sejak dini. Sehingga saat dewasa mereka secara umum bersikap jujur.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bila sikap jujur sudah dipunyai semua rakyat, maka semua program yang dicanangkan dapat berjalan dengan baik. Akhirnya semua rakyat dapat hidup, bersekolah, berkarya dan berprestasi yang membanggakan dunia. Mereka bahkan setiap tahun meraih hadiah Nobel, Pendidikan dan riset betul-betul sangat dahsyat majunya. Kita sangat jauuuuh ketinggalan. Kapan kita mau menorehkan sejarah di tingkat dunia di bidang pendidiakn dan riset, sementara masalah pokok saja, masalah pangan saja masih belum selesai?</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Sungguh teramat banyak PR kita Pak! Jangankan untuk meraih hadiah Nobel, untuk satu kata jujur saja, kurikulum nasional Indonesia kita belum mampu mencapainya. Buktinya korupsi dan KKN tumbuh subur, ini semuanya adalah musuh kemajuan bagi bangsa besar ini.!”</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pak Jokowi Yth, Legowolah, Pemilu 2019 Pak Prabowo Pemenangnya!</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya tidak ikut dalam panitia pemilu apapun, tapi tetap dengan intensif memantau kondisi. Jujur, saya merasa capek, waktu saya sangat tersita. Saya yakin semua rakyat Indonesia mengalami hal yang sama. Mari kita sudahi dengan dewasa proses pemilu tahun ini, karena sudah jelas nyata bahwa Pak Prabowo adalah pemenangnya.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Buktinya apa?</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">1. Kampanye Bapak Prabowo dan pasangannya, selalu ramai di mana-mana. Rakyat datang dari keinginan pribadi, tanpa ada paksaan, tanpa nasi bungkus dan uang, dan tanpa mobilisasi dari pihak mana pun. Ada banyak rakyat yang menyumbangkan uang, padahal mereka hanya orang biasa. Suara yang datang dari hati rakyat, adalah murni dari Allah. Allah yang menggerakkan pribadi masing-masing mereka untuk memilih Bapak Prabowo. Untuk itu mari kita hargai Pak. Sementara kampanye pak Jokowi hampir selalu sepi, dan kadang rakyat didatangkan dari daerah lain, diberi nasi bungkus, uang, baju kaus, dan lain lain, artinya mereka memilih bukan karena murni dari hati nuraninya.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">2. Data C1 yang banyak dilaporkan dari teman teman dan kolega di tanah air di dunia maya, mayoritasrakyat memilh 02. Ini data yang tidak bisa dibohongi. Dan inilah sebenarnya yang dijadikan acuan untuk menentukan angka persentase pemenang. Katanya server KPU kena hantam, artinya data sudah bukan yang sebenarnya. Quick Count memenangkan Bapak Jokowi, ini akan menyebabkan malapetaka, karena dari mana angka itu? Sementara rakyat punya data asli, dimana-mana Bapak Prabowo mayoritas menang.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pak Jokowi Yth, mari mengakui kemenangan Pak Prabowo. Sebaiknya Bapak berpidato di depan rakyat Indonesia, dan menyatakan dengan fair bahwa pemenangnya adalah Bapak Prabowo Subianto. Sikap ini akan lebih terhormat ketimbang Bapak terus membiarkan kondisi yang berkembang di mayarakat. Saat ini karena rakyat sudah melihat nyata bahwa KPU memihak salah satu calon, dan ada indikasi banyak kecurangan pemilu, (kotak suara yang ditemukan sudah tercoblos untuk 01, banyak pemilih 02 yang tidak bisa mencoblos, dan data yang muncul memenangkan Bapak Jokowi), tentu rakyat protes.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Sebagai perjuangan berjamaah, rakyat pendukung 02, sibuk meminta bantuan tim luar negeri dalam menghadapi pemilu yang penuh kecurangan ini. Ini adalah aib negara kita Pak Jokowi. Negara luar akan tahu bahwa kita tidak mampu mengurus negeri sendiri. Dan tentu yang jelek adalah Pak Jokowi, karena pemilu kali ini terjadi pada masa kepemimpinan Bapak.”</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Terkait ketidakjujuran selama proses pemilu, ini semuanya bukan salah Bapak, tapi yang salah adalah sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Kita perlu merubah sistem pendidikan kita, dimana pelajaran moral, akhlak dan karakter anak harus sejak dini ditanamkan kuat, sehingga saat dewasa semuanya tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang jujur. Dan untuk hal ini Jepang adalah pionirnya di dunia.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hiruk pikuk pemilu dan ketidakjujuran penghitungan suara, adalah tamparan hebat untuk bangsa Indonesia. Dunia tahu aib bangsa kita. Untuk itu kepada Bapak Jokowi tampillah untuk berpidato, untuk menyatakan bahwa Bapak Prabowo adalah pemenangnya. Karena hanya dengan sikap kenegarawan Bapak yang bisa menyelamatkan kondisi saat ini. Kami tidak ingin terjadi pertumpahan darah, pertikaian dan perseteruan hebat.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya mengucapkan terimakasih selama Bapak menjadi Presiden, selanjutnya pekerjaan atau janji jani kampanye Bapak pada tahun 2014 yang mayoritas tidak dilaksanakan, mari kita titipkan kepada Bapak Prabowo untuk membereskannya. Juga terkait pekerjaan yang belum beres kata Bapak pada saat debat presiden, maka insyaAllah akan dibereskan oleh Bapak Prabowo.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mari Pak, kita tempatkan kepentingan bangsa dan keutuhan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Saya menunggu pidato resmi Pak Jokowi yang menyatakan legowo dan menerima kekalahan atas Pak Prabowo. Biasa saja Pak, dulu Bapak sudah dinyatakan menang, sekarang mari berikan kesempatan kepada Bapak Prabowo, karena mungkin KPU tampaknya sulit mengumumkan, karena servernya kena serangan. Sementara rakyat punya data original, dimana Bapak Prabowo unggul di banyak propinsi.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Untuk Bapak Prabowo Selamat, Bapak Sebagai Presiden RI 2019-2024</span></u></div>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><u></u></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<u><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Selamat Pak, Bapak adalah pemenang pemilu tahun ini. Kami mohon Pak, bekerjalah untuk kemajuan dan kenyamanan hidup rakyat. Jangan berkuasa untuk kepentingan pribadi dan orang orang di sekitar Bapak. Ada banyak anak bangsa cemerlang di luar negeri yang Bapak berdayakan untuk mengejar ketertinggalan kita selama ini.</span></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya mengusulkan kepada Bapak, poin pertama yang harus Bapak perbaiki adalah “Sistem pendidikan kita”. Jepang bisa maju dan punya karakter yang baik secara nasional karena sistem pendidikan yang ia jalankan. Tanamkan moral dan kepribadian sejak dini dengan metode action, kedua; mengggali potensi anak semaksimal mungkin sejak dini, potensi apa saja, di berbagai bidang. InsyaAllah bila kedua poin di atas diterapkan, maka kita bisa menjadi negara yang kuat kepribadiannya, dan mempunyai potensi diri yang baik di berbagai bidang. InsyaAllah akan ada peraih nobel dari Indonesia nantinya. Aamiin YRA</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Karena kejujuran sangat mahal di Indonesia, maka untuk manusia dewasa yang sudah bekerja di berbagai bidang, saya menyarankan ada metode yang diterapkan untuk semuanya ditempa menjadi pribadi yang jujur. Tanpa kejujuran semuanya akan berantakan. Korupsi adalah berawal dari ketidakjujuran, korupsi adalah musuh negara, akan menghambat kemajuan negara. Tampaknya mayoritas kita bangsa Indonesia, wajib mengambil pelajaran moral setara dengan kurikulum di SD di Jepang, karena di negeri Oshin ini, pelajaran moral sudah khatam (tamat) di SD. Jadi sangat malu kita pada anak anak SD di Jepang, karena moral mereka lebih baik dari moral manusia dewasa Indonesia (mereka) yang tidak jujur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Wassalamu’alaikum Wr. Wb</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jumiarti Agus</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ketua Internasional ACIKITA</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pejuang perubahan sistem pendidikan Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pendidik, peneliti, penulis dan pemateri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Anak bangsa yang ingn Indonesia maju.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kobe, 19 April 2019</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://www.facebook.com/jumiarti.agusfull/posts/10156257319848106">FB/Jumiarti Agus</a></span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-86120926666584082192019-04-23T09:36:00.001+01:002019-05-20T23:10:47.808+01:00'People Power' Dalam Timbangan Konstitusi | Catatan Hukum Pasca Pilpres 2019<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ketua LBH PELITA UMAT</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Publik terperangah, manakala merasakan realitas politik pasca 17 April 2019 bukanlah titik kulminasi perbedaan pandangan aspirasi politik, yang diharapkan mereda dan kembali berjalan normal sebagaimana mestinya. Pasca Pilpres tanggal 17 April, publik justru dihadapkan pada dinamika politik yang baru, dimensi resonansinya lebih panas ketimbang pada masa kampanye.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jika pada saat kampanye, polaritas politik mengerucut pada ikhtiar kampanye dan saling mengklaim dukungan simpul-simpul rakyat, melalui berbagai deklarasi dan kampanye politik, baik yang resmi maupun tak resmi, baik yang dilakukan kubu TKN Jokowi maupun kubu BPN Prabowo. Namun, pasca Pilpres tanggal 17 April 2019 polaritas itu bergeser dari dukung mendukung pilihan, saling mengunggulkan jagoan, beralih pada klaim perolehan suara dan saling klaim kemenangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kubu TKN Jokowi mengklaim telah memenangi Pilpres berdasarkan hitung cepat _(Quick Qount)_ dari sejumlah lembaga survei, yang diketahui mengambil sample sekitar 2000 - 5000 TPS dari total TPS lebih dari 800.000-an. Sementara itu, kubu BPN Prabowo dengan percaya diri mendeklarasikan kemenangan berdasarkan data tabulasi suara yang dihimpun dari formulir C1, yang jumlahnya hingga mencapai 40% dari total formulir C1 yang berhasil dihimpun diseluruh TPS.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Secara matematis, klaim kemenangan TKN Jokowi vs BPN Prabowo ini berdiri tegak diatas basis 4000 TPS dari sample lembaga survei melawan 300.000 TPS yang tersebar di seluruh wilayah NKRI data BPN Prabowo Sandi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Secara hukum klaim TKN Jokowi dan BPN Prabowo tidak bernilai. Sebab, secara hukum kemenangan itu wajib didasarkan penghitungan rekapitulasi data tabulasi nasional seluruh TPS yang dihimpun oleh KPU. Secara konstitusi, KPU adalah lembaga yang paling berwenang untuk mengumumkan keputusan Pilpres 2019.
</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Namun melihat berbagai fakta kecurangan pilpres, baik saat sebelum proses pencoblosan sampai pada proses input data formulir C1, maka wajar jika muncul kesimpulan banyak pihak bahwa pilpres tahun 2019 adalah pilpres terburuk sepanjang sejarah pemiilihan presiden secara langsung. Belum lagi masalah dugaan kecurangan ini tuntas diselesaikan, presiden sekaligus capres petahana sendiri dalam berbagai forum telah banyak bicara tentang masa depan bangsa seolah pilpres telah dimenangi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Framing 'pemenang pilpres' bermodal hitung cepat lembaga survei ini diproduksi secara masif, melibatkan banyak pihak, termasuk imbauan sejumlah kepala daerah agar segenap elemen anak bangsa berdamai dan menyongsong masa depan. Ini yang menambah resonansi ketegangan dan keterbelahan semakin panas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Wajar, jika kubu BPN Prabowo merasa diperlakukan secara tidak adil, dan kemudian muncul wacana menghakimi kecurangan pilpres ini melalui mekanisme '<i>People Powe</i>r' secara damai. Nah, wacana <i>people power</i> inilah yang perlu dibahas secara konstruktif menggunakan pendekatan norma konstitusi tanpa menuduh tindakan yang mengkritik proses penyelenggaraan pilpres yang penuh praduga sebagai tindakan yang merongrong kedaulatan negara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Secara hukum, kecurangan pilpres ini bisa dikoreksi dengan menempuh dua jalan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pertama, menggunakan pendekatan UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu. Pendekatan pertama ini memberi opsi kepada peserta pemilu atau pilpres yang merasa dicurangi untuk mengajukan gugatan kepada lembaga penyelesaian sengketa pemilu, yakni Mahkamah Konstitusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kedua, penyelesaian secara konstitusional menggunakan sarana dan norma yang telah disediakan oleh konstitusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dalam ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) menyatakan :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Selain diatur dalam Pasal 28 UUD 1945, hak untuk berserikat dan berkumpul juga telah dijamin dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (“UU HAM”) yang menegaskan :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pasal 28E ayat (3) UUD 1945:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pasal 24 ayat (1) UU HAM:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud damai.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jika akhirnya rakyat mengambil opsi mengadili kecurangan Pilpres dengan jalan melakukan aksi '<i>People Power</i>' secara damai sebagai sarana untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat atas kecurangan Pilpres, maka cara menyampaikan aspirasi seperti ini ADALAH SAH, LEGAL DAN DIJAMIN KONSTITUSI.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tugas aparat hukum dan negara adalah melindungi dan mengayomi rakyat, bahkan membantu proses pelaksanaan penyampaian aspirasi kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat melalui '<i>People Power</i>' yang damai, bukan sebaliknya justru menebar teror dan intimidasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span aria-live="polite" class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"tn":"K"}" id="fbPhotoSnowliftCaption" style="background-color: white; color: #1c1e21; display: inline; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px; outline: none; text-align: left; width: auto;" tabindex="0"><span class="hasCaption" style="font-family: inherit;"></span></span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_5cbec7924d7899611474078" style="display: inline;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Memang benar, aparat penegak hukum dapat menghimbau kepada rakyat untuk menempuh jalan legal melalui mekanisme UU dengan mengajukan gugatan ke MK. Namun, opsi melakukan '<i>People Power</i>' damai juga opsi yang dijamin konstitusi. Terserah kepada rakyat hendak mengambil opsi yang mana.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><i>People power</i> damai ini mirip unjuk rasa damai seperti pada gelaran Aksi Bela Islam 212. Rakyat hanya ingin mengeluh, menyampaikan keluh kesah agar negara 'mendengar aspirasi rakyat' bukan sebaliknya mendiamkan atas sejumlah kecurangan yang mengkhianati suara rakyat. Negara, tidak boleh berubah menjadi musuh rakyat dengan mengumbar statement yang bisa dipahami sebagai menebar teror dan ancaman.</span></span></div>
<br />
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"></span>
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Berdasarkan kajian hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa opsi <i>people power </i>damai untuk mengadili kecurangan Pilpres 2019 adalah opsi yang sah, legal dan konstitusional. Selanjutnya, terserah kepada rakyat apalah akan mengambil opsi ini.</span></span></div>
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Namun semua ini berpulang kepada KPU. Jika KPU mampu mengabarkan perhitungan suara yang jujur, membuat keputusan Pilpres yang adil tanpa dikotori sejumlah praduga kecurangan, tentunya opsi <i>People Power</i> ini tidak perlu ditindaklanjuti dan biarkan bergulir hanya sebatas wacana. </span></span><br />
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=297636151135337&set=a.105268663705421&type=3&theater">FB/LBH Pelita Umat</a></span></span></div>
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">
</span>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">
</span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-55095989850157912142019-04-19T19:17:00.000+01:002019-04-24T18:30:12.519+01:00Quick Count SOHN Denmark Prabowo 58,5% dan Jokowi 42,3%<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-AjsYCjQQY3w/XLoQCwWkPhI/AAAAAAAACFU/JPsZyyN-vxoKaWt4PVz-GymYkDvzE6-BQCLcBGAs/s1600/20190419-214435.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="701" data-original-width="1253" height="178" src="https://1.bp.blogspot.com/-AjsYCjQQY3w/XLoQCwWkPhI/AAAAAAAACFU/JPsZyyN-vxoKaWt4PVz-GymYkDvzE6-BQCLcBGAs/s320/20190419-214435.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Foto: Poskota via Law Justice</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pemilihan Umum Presiden Indonesia sudah terlaksana dengan baik pada 17 April 2019, meskipun ada yang tidak puas atau berpendapat pemilu penuh kecurangan, boleh saja dan kita serahkan kepada pihak yang berwenang dalam hal ini Bawaslu. Tetapi saya menyanjung tinggi kepada aparat keamanan dari TNI serta Polri yang membuat Pemilu kemarin berjalan lancar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bulan Januari 2019 saya dikabari oleh sahabat karib seorang wanita akademisi warganegara Denmark yaitu Gillana Paulsen. Dia adalah pimpinan sebuah lembaga survey pemilu dan statistik di kota Esbjerg, Denmark.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Gillana mengabarkan akan datang pada 12 April 2019 ke Indonesia untuk mengadakan survey sekaligus memantau kegiatan pemilu di Indonesia dengan membawa nama yayasan swadaya masyarakat yang berpusat di Esbjerg Denmark yaitu SOHN Foundation. Lembaga ini khusus membuat survey hitungan cepat melalui basis suara yang akurat. SOHN Foundation pengalaman bekerja di pemilu Zimbabwe, India, Kenya, Malaysia, dan Afrika Selatan dengan hasil yang baik serta terpercaya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Membawa personil 26 orang dari berbagai negara ditambah 2600 akademisi asli Indonesia dari berbagai daerah, SOHN Foundation sudah bersiap di seluruh Indonesia sejak 15 April 2019. Akademisi Indonesia dalam arti mahasiswa dari berbagai daerah yang juga sebagian besar memilih golput karena tidak ada satu pasang calon Presidenpun yang menurut mereka yang cocok untuk memimpin negara Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Kami ke Indonesia untuk mengadakan pengamatan dan mendapat hasil pemilu presiden melalui pencatatan suara sah per distrik (Kecamatan maksudnya)” kata Gillana Paulsen</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Melalui metode pencatatan bertingkat sampai kecamatan dengan hanya surat C1 yang dihitung dan disebar seluruh Propinsi terutama propinsi padat penduduk seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Akademisi yang disebar jumlahnya proporsional sesuai persebaran penduduk.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Dana ini kami peroleh dari swadaya masyarakat Uni Eropa yang ingin membantu kami untuk melihat demokrasi di negara Asia yang berkembang, dan kami datang dengan “<i>Silent Operation</i>” untuk menjaga netralitas serta tidak mengenal siapapun di Indonesia kecuali staff Kedutaan dan penulis” lanjut Gillian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">18 April 2019 jam 16.10 kabar datang dari Gillian Paulsen tentang hasil pemilu dari Semua Propinsi dan diyakinkan bahwa sudah mewakili 7200 Kecamatan seluruh Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Berdasarkan hasil C1 Formulir yang sudah divalidasi oleh akademisi lapangan SOHN Foundation, hasil dari Pemilu Presiden adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Joko Widodo dan Ma’ruf Amin: 42.3% suara</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno: 58.5%</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Data tersebut dari 2600 akademisi yang sedang belajar atau mendalami ilmu statistik, Matematika, Fisika, Sosial, Teologi dan Ekonomi, disebar di seluruh Indonesia dengan tingkat akurasi 99%.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Kami sekali lagi tidak kenal dengan semua partai pendukung dan calon presiden serta temnya, kami hanya ingin melihat Indonesia menyelenggarakan pemilu dengan kepentingan mempertajam keilmuan kami sebagai lembaga survey dan statistik, karena tantangan sangat besar di Indonesia yang menyelenggarakan pemilu hanya dalam satu hari” kata Gillana Paulsen</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebagai info SOHN Foundation selama di Indonesia mengambil markas di sekitar Jalan Kemang Dalam Jakarta Selatan dan izin kunjungan sosial.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya Gregorius Natal Soedibjo lulusan Matematika dan Sains di St. Petersburg Polytechnic University, Rusia dan bersahabat baik saat belajar di Rusia dengan Gillana Paulsen pemimpin SOHN Foundation. Tulisan ini saya buat untuk mempertajam ilmu teman teman dari SOHN Foundation serta 2600 Akademisi berbagai daerah Indonesia.</span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Catatan: artikel ini disalin utuh dari sumbernya. Total persentase terjdapat kelebihan 0,8%. Hitungannya 58,5% + 42,3% = 100,8%.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://www.law-justice.co/artikel/63876/quick-count-sohn-denmark-prabowo-585-dan-jokowi-423/?fbclid=IwAR2gCOr24rem_rPqxb00IZIOKDH_4iB1QGrTeav3WMCNJu-TFw-5pG1O21k">LAW JUSTICE</a></span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-58196768413398630912019-04-19T13:23:00.005+01:002019-04-19T13:43:12.259+01:00Surat Terbuka untuk Megawati Soekarnoputri dari Ratih Ratna Poernami<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-d6HSlO1Ald8/XLm8NEW-s3I/AAAAAAAACFI/scDx7LyYVIkVoNWivLaHeLgxIuYnEtt-QCLcBGAs/s1600/fb-57486147_4120.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><img border="0" data-original-height="1008" data-original-width="567" height="400" src="https://3.bp.blogspot.com/-d6HSlO1Ald8/XLm8NEW-s3I/AAAAAAAACFI/scDx7LyYVIkVoNWivLaHeLgxIuYnEtt-QCLcBGAs/s400/fb-57486147_4120.jpg" width="225" /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apa kabar mbak Ega? (demikian saya bisa memanggilnya). Saya Ratih Ratna Poernami, teman berjuang mbak Ega. Bahkan kita berdua satu kamar pada Kongres Luar Biasa PDI (belum pakai Perjuangan) di Asrama Haji Sukolilo Surabaya 26 tahun lalu yaitu tahun 1993.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ayo mbak kita melawan lupa dengan apa yang kita alami saat itu:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">1.Kita berdua menjadi utusan KLB, saya sebagai Ketua PDI Jakarta Selatan <i>ex officio</i> dan mbak Ega sebagai utusan yang dipilih melalui Konpercabsus PDI Jaksel</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">2. Dari awal menjadikan mbak Ega utusan KLB kita sudah mendapatkan hambatan dari penguasa saat itu yang tidak menghendaki mbak Ega akan menjadi Ketua Umum PDI menggantikan Soeryadi (almarhum).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">3. Di dalam KLB yang mencekam, di mana mbak Ega diprediksi akan menang, maka oleh pimpinan sidang yang dikuasai oleh teman-teman yang pro penguasa sidang diulur-ulur hingga batas waktu izin KLB habis dan KLB dinyatakan <i>DEADLOCK</i> oleh pimpinan sidang dan dinyatakan ditutup.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">4. Saya bangga pada saat itu Mbak Ega berani menyatakan: SAYA SEKARANG ADALAH KETUA UMUM PDI <i>DE FACTO</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">5. Berikutnya dengan proses yang berliku akhirnya penguasa saat itu mengukuhkan mbak Ega sebagai ketua umum PDI (note: belum Perjuangan) pada 1994. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dan juga saya mendampingi mbak Ega sebagai wakil Sekjen DPP PDI</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">6. Mbak Ega, itulah yang dilakukan Pak Prabowo saat ini. Yang mendeklarasikan kemenangan Paslon 02. Sama dengan yang dilakukan mbak Ega 26 tahun yang lalu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">7. Saran saya adalah: berhenti menzalimi Pak Prabowo, mbak. Setelah mbak Ega juga mengingkari Perjanjian Batu Tulis yang menyatakan bahwa setelah Pilpres 2009, di mana Mbak Ega dan Pak Prabowo berpasangan sebagai capres/cawapres, maka pada pilpres 2014 mbak Ega akan mengusung Pak Prabowo sebagai capres dari PDIP. Tetapi itu mbak Ega ingkari dengan mengusung Jokowi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">8. Maaf Mbak, saya memberanikan menulis surat terbuka ini sebagai teman seperjuangan saat itu. Mari mbak Ega, berhenti menzalimi Pak Prabowo.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kita setiap hari menjadi lebih dekat dengan akhir hidup kita, mbak. Tak ada yang bisa kita bawa selain amal dan tobat kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Salam,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ratih Ratna Poernami</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">-Ketua DPC PDI Jakarta Selatan 1988-1993</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">-Wakil Sekjen DPP PDI 1993-1997</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">-Anggota DPRD DKI Jakarta FPDI 1992-1997</span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-35618685995966659952019-04-17T03:02:00.003+01:002019-04-17T03:02:56.388+01:00Antara Kebo dan Kebo-Hongan<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Oleh Malika Dwi Ana</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Meskipun lahan persawahan sudah banyak beralih fungsi dan tak banyak lagi binatang yang namanya KEBO seperti dulu; tetapi jangan takut ataupun khawatir, masih banyak KEBO-KEBO yang lain sebagai pengganti. Bukan salah kebo juga sehingga namanya dikait-kaitkan dengan jenis kebo yang lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ada KEBOhongan, ada KEBObrokan, KEBOdohan, KEBOcoran, KEBO NYUSU GUDEL dan lain sebagainya. KEBOHONGAN itu perlu publikasi media, perlu viral dan cetar di media sosial dan TV-TV. Sementara KEJUJURAN itu cenderung sebaliknya, bahkan ia terkesan pasif, sunyi dan tak begitu menarik untuk diamati dan dibuktikan. Tempatnya nylempit tersembunyi di celah-celah nurani masing-masing orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ada pemeo kerbau atau KEBO itu dipegang tali hidungnya, manusia dipegang janji dan ucapannya. "Ajining diri gumantung ana ing lathi." Harga diri itu bergantung pada mulut, apa yang diucapkannya. Jika berkata-kata tidak berdusta, jika berjanji ditepati, dan jika diberi amanah, bisa dipercaya. Itu yang seharusnya berlaku bagi setiap pribadi yang disebut pemimpin. Tapi entah mengapa tiga hal berkaitan mulut dan amanah ini kini sulit sekali didapati pada pribadi pemimpin. Jika mengupas soal dusta dan kebohongan, ada pergolakan, pergumulan antara pertimbangan moral dan alasan survival sebelum KEBOHONGAN dibuat oleh setiap orang yang (berkomitmen) melakukannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Moralitas agama apapun, jelas-jelas mengajarkan untuk berlaku atau menjalani hidup dan bertahan hidup dengan cara JUJUR dan BENER. Tapi ya balik lagi...karena satu dan lain hal, cara itu semakin langka adanya. Angel ngaku gampang nambuh...susah berkata jujur lalu cuek alias gambuh; gampang nambuh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Secara teoritis, alam pemikiran bangsa ini berdasarkan :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">- by the GRACE OF GOD (Ketuhanan)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">- by the WILL OF THE PEOPLE (Kerakyatan). Tetapi kemudian dalam prakteknya ya selalu melenceng dari dasar-dasar pakem diatas, dan selalu saja mempunyai pola seperti berikut:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">- by the GRACE OF RULERS (Para Penguasa)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">- by the WILL OF THE SMALL GROUPS (Kongsi-Kongsi Dagang)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan pada perkembangannya kemudian, seakan-akan menjadi suatu peraturan tak tertulis serta bagian dari strategi dan teknik Survival Handbook bahwa: "SETIAP ORANG BOLEH BERBOHONG. ASALKAN TIDAK SALAH. ASALKAN MENGUNTUNGKAN. ASALKAN TUJUAN TERCAPAI." Toh ini semua dilakukan demi KELANGSUNGAN HIDUP. Maka lalu lahirlah semboyan sebab-akibat (implikasi): JUJUR bakalan AJUR!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yang melakukan KORUPSI, pastilah melakukan KEBOHONGAN. Iya kan, karena ibarat orang buang air besar pastilah didahului dengan buang air kecil to? Silakan diuji coba kebenarannya, misal boker tanpa pipis dulu, bisa ngga?!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yang jadi masalah; mosok ya anak-anak kita ajarin berbohong ya? Nanti jika ada pertanyaan; "Apa akibat jika orang sering berbohong?" Mereka serentak menjawab; "BISA JADI PRESIDEN!" Po ra modar jal?!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Soal-soal beginian mungkin tidak pernah terpikirkan oleh bapak-bapak yang duduk di kursi empuk kekuasaan. Bohong itu seolah sudah menjadi tabiat, watak, yang susah diperbaiki. Hingga hal ini jugalah yang melatari seorang propangandis Nazi Jerman, Joseph Gobels merumuskan teori How to Turn Lies into Truth; "Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik maka kebohongan itu akan menjadi sebuah kebenaran." "If you keep telling lies eventually they believe it." Begitu katanya...Propaganda is a deadly political weapon. PROPAGANDA adalah SENJATA politis yang mematikan. Prinsipnya, 1000 (seribu) KEBOHONGAN yang diucapkan berulang-ulang adalah suatu KEBENARAN.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Alhasil...PENCITRAAN, HOAX, JANJI PALSU menjadi komoditas dusta dan angin sorga yang laku dijual, menghipnotis banyak orang sehingga ramai-ramai mengamini KEBOHONGAN. Rakyat dibikin tidak fokus, agar pengawasan terhadap kinerja pemerintah terabaikan. Logika atau akal sehat dibolak-balik, yang akhirnya jadi semacam KEBODOHAN. Seperti kata Baudillard dalam tesisnya, konon kita telah memasuki tahap realitas semu (hyper-reality) di era simulakra, dimana antara citra dan realita telah melebur sehingga publik tidak mampu membedakan mana isu fiktif mana yang realita, yang kemudian berkembang menjadi semacam KEBOBROKAN.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Maka INVASI EKONOMI korporasi asing pun dikatakan sebagai (iklim) investasi sebagai penggerak roda pembangunan. Bahan bakar pertumbuhan ekonomi, konon. Meski saya terus terang gagal paham soal ini. Ekonomi bertumbuh, tapi daya beli masyarakat ndlosor. Kondisi faktualnya, pertumbuhan rata-rata selama Jkw memimpin adalah 5%. Baik atau buruk itu relative. Tapi jika dibanding SBY ya buruk. Dibanding rata-rata growth negara-negara G20 ya relative baik. Cuma preferensi mengambil pembanding saja. Tidak ada norma absolutnya juga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dari kondisi perekonomian ini, pemerintah menyusun APBN 2018. Anda lihat pemerintah memang sudah menganggarkan untuk berhutang 325.9 T. Ya ngga apa-apa juga sih ngutang. Asal bisa dimanfaatkan dengan baik. Bukannya bocor disana-sini gak jelas juntrungannya, iya...KEBOCORAN disana-sini !</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Masih banyak ragam kebohongan yang sudah dilakukan jika mau membuat daftarnya. Tetapi buat saya, bentuk kebohongan terbesar yang dibangun rezim ini salah satunya adalah menihilkan jasa pendahulunya. Apa saja dituduh mangkrak. Kebohongan ini sukses dimainkan dari 2014 karena Demokrat lagi tiarap. Tetap saja sekarang orang susah percaya sama data Partai Demokrat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mengakhiri catatan kecil ini, masalah negara ini barangkali akan lebih mudah diatasi jika kita semua mau jujur. Melihat dengan jernih beragam persoalan yang hulunya satu; REZIM PALSU KOK MAU DIPILIH LAGI...wakakakabooor ahh! 😂😁</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.facebook.com/malikadwiana/posts/10219277633790678"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">FB/Malika Dwi Ana</span></a></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-46414664818643945412019-04-16T16:01:00.002+01:002019-04-16T16:01:58.466+01:00Dusta Jokowi "Hanya Takut Kepada Allah SWT"<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Oleh: Nasrudin Joha</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jokowi, dalam debat pilpres menyebut hanya takut kepada Allah SWT. Ungkapan ini, di media sosial digunakan para pendukungnya dengan menyebutnya berulang kali ungkapan 'Jokowi hanya takut kepada Allah SWT' untuk bertahan dari serangan kebohongan-kebohongan Jokowi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sebagaimana diketahui, Jokowi telah dinobatkan oleh netizen sebagai Bapak Hoax Nasional Indonesia. Hal mana, diberikan karena banyaknya data hoaks yang disampaikan pada debat Pilpres kedua. Pengukuhannya, dipimpin langsung oleh Nasrudin Joha.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Meski terlihat 'trengginas', lancar menjawab pertanyaan, ternyata Jokowi terjebak pada adagium 'Kecebong'. Yakni, Keterangan Cepat Tapi Boong. Bahkan, ada sejumlah netizen menganalisis gelagat aneh, berupa penampakan alat tertentu yang dipegang Jokowi. Dalam beberapa foto screenshot, Jokowi terlihat seperti mendengarkan informasi tertentu dari pihak tertentu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sekarang saya mau fokus, benarkah Jokowi hanya takut kepada Allah SWT ? Mari kita cek. Jangan-jangan, pernyataan ini juga hoaks.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saat Jokowi membatalkan Machfud MD sebagai cawapresnya, Jokowi menyatakan ada banyak tekanan partai sehingga dia 'tidak berdaya' melawan tekanan itu. Di injury time, Machfud justru disingkirkan. Hanya di-PHP oleh Jokowi,. Padahal Machfud sudah jahit baju dan sampai saat ini baju itu masih dititipkan kepada pihak istana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Artinya, Jokowi tak memiliki independensi, mudah diintervensi, tdk berdaya melawan partai. Ungkapan 'Jokowi hanya takut kepada Allah SWT' hanyalah hoax belaka. Sebab, jika Jokowi takut kepada Allah swt, mustahil dia berani mengkhianati Machdudz MD, yang sebelumnya dijanjikan sebagai cawapres. Padahal, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk memenuhi akad (janji).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saat Jokowi mengutus Yusril untuk membebaskan Ust. Abu Bakar Ba'asyir, dia juga akhirnya membatalkan karena di intervensi bawahan (Wiranto). Jika dia (baca: Jokowi) hanya takut kepada Allah SWT, tentulah dirinya tidak akan membatalkan rencana membebaskan Ust Abu Bakar Ba'asyir, seorang pengemban dakwah korban fitnah dan tuduhan narasi perang melawan terorisme.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bahkan, Jokowi menjilat ludah dengan menyatakan pembebasan harus memenuhi persyaratan dan prosedur. Padahal, sebelumnya pembebasan disebut tanpa syarat, murni hanya karena faktor kemanusiaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jokowi juga dusta, menyebut hanya takut kepada Allah SWT. Bahkan, Jokowi berani menentang Alllah SWT dengan memerangi para pejuang Islam, pejuang syariah dan khilafah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Syariah dan khilafah yang diwajibkan Allah SWT, oleh Jokowi dikriminalisasi. Organisasi Islam HTI dibubarkan, hanya karena konsisten dengan dakwah syariah dan khilafah. Terus dimana makna, Jokowi hanya takut kepada Allah SWT ?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Selama memimpin, Jokowi juga menentang hukum Allah SWT. Menumpuk hutang ribawi hingga ribuan triliun. Padahal, orang yang memakan riba hakekatnya telah 'mengumumkan perang' terhadap Allah SWT. Lantas, dimana takutnya Jokowi ? Larangan riba di terjang, gitu mengaku-ngaku hanya takut kepada Allah SWT ?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jokowi sebenarnya tidak takut kepada Allah SWT, Jokowi hanya takut kepada janda yang di beberapa kesempatan mengultimatum Jokowi dan mengingatkan Jokowi itu kastanya hanya 'Petugas Partai'. Jadi jelas, dusta belaka omongan Jokowi yang menggungah kalimat hanya takut kepada Allah SWT. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-58265340660880500122019-04-13T09:21:00.003+01:002019-04-13T09:59:53.347+01:00Surat Terbuka Ustadzah Irene Handono... untuk bapak Prabowo Subianto<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-TK1338emMj0/XLGUbOFbR8I/AAAAAAAACEk/UpRDZ2JU_kAgES-hORGdka8MaIauJcMzACLcBGAs/s1600/20190413-142712-12.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="825" data-original-width="622" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-TK1338emMj0/XLGUbOFbR8I/AAAAAAAACEk/UpRDZ2JU_kAgES-hORGdka8MaIauJcMzACLcBGAs/s320/20190413-142712-12.jpg" width="241" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kepada Yth.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bapak Prabowo Subianto</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Semoga bapak sekeluarga senantiasa dalam lindungan Allah Subhanahu wata'alla.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebelumya saya mohon maaf, bila cara saya menyampaikan surat ini dengan cara terbuka melalui media sosial, sebab cukup bingung juga saya harus menyampaikannya melalui siapa dan bagaimana caranya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebelumnya saya akan perkenalkan diri dulu. Saya adalah Irene Radjiman. Saya seorang penulis, ibu rumah tangga dengan 2 anak, mualaf baru 10 tahun yang lalu berkenan mempelajari Islam. Saya terlahir dari keluarga Katolik. Mungkin kita memiliki kesamaan, pak, yang memimiliki anggota keluarga dengan 2 agama, Katolik dan Islam. Maka saya tidak peduli apa yang orang katakan tentang <i>background</i> keluarga bapak, karena kecintaan terhadap Islam bukan dilihat dari <i>background </i>keluarga, tetapi dari bagaimana dari hari ke hari kita bersedia hijrah menuju Islam yang kaffah.</span></div>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif; text-align: justify;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "verdana" , sans-serif; text-align: justify;">Bapak Prabowo yang terhormat, dari sejak saya masih kafir, hingga 2014, 5 tahun yang lalu, saya ada di barisan para golput. Sebab saya tidak pernah tertarik pada politik, dan saya pikir, siapapun yang terpilih akan sama saja. Namun kali ini tidak pak. SAYA MENDUKUNG BPK PRABOWO SUBIANTO UNTUK MENJADI PRESIDEN RI PERIODE 2019 - 2024.</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">SAYA MENDUKUNG BAPAK, bukan karena saya telah mengenal bapak. Saya tidak pernah mengidolai bapak, bahkan saya tidak pernah mencari tahu apapun tentang bapak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">SAYA MENDUKUNG BAPAK, karena saya percaya pada guru-guru saya, ulama-ulama saya, karena merekalah saya berada di barisan PRABOWO - SANDI. Saya rasa ada banyak ribuan bahkan jutaan orang yang bisa saja memiliki alasan yang sama seperti saya, hingga mereka bersedia memberikan apapun yang mereka punya, demi kemenangan bapak 6 hari ke depan. Mohon catat ini dengan tinta emas, dalam sejarah kemenangan bapak nanti.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bila bapak nanti menjadi presiden terpilih. Ingatlah selalu hal ini pak. Jangan beri perintah ulama kami untuk mendatangi istana bapak, tapi datanglah bapak pada mereka, mintalah nasihat pada mereka untuk setiap kebijakan yang akan bapak buat. Datangilah mereka, mintalah kritik, bisa jadi bapak telah khilaf membuat keputusan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bapak Prabowo Subianto yang terhormat, saya tidak peduli apa yang orang katakan tentang rumah tangga bapak, sebab itu bukanlah ranah kami untuk mengomentari. Namun saya yakin, bapak adalah seorang ayah dan seorang suami yang baik, maka saya berharap penuh, dalam pemerintahan bapak nanti, negara akan memberikan dukungan penuh bagi pendidikan moral putera-puteri kami.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya seorang ibu sekaligus seorang pengajar. Bukan harga sembako, bbm, tarif listrik, dsb yang akan saya keluhkan. Tapi bantulah kami untuk membangun mental sehat bagi putera-puteri kami sebagai penerus bangsa. Beberapa hal yang mengkhawatirkan kami :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">● Ideologi komunis yang diberi ruang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">● <i>Mindse</i>t sekuler dan liberalis yang makin berkembang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">● Aktivis kaum nabi Luth yang meminta pengakuan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">● Tontonan media yang mengarah pada perzinahan dan kekerasan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya berharap, jika bapak terpilih nanti, bapak beserta jajaran kabinet bapak, akan memberantas tuntas benalu-benalu negeri yang saya sebut di atas. Mengapa saya sebut mereka benalu? Sebab secara masif mereka menggerogoti mental dan pola pikir anak negeri agar rusak teracuni. Mengapa saya tidak bicara soal naiknya harga sembako, naiknya bbm dan lonjakan tarif listrik? Sebab rizki Allah itu sangat luas. Allah akan curahkan hujan rahmat dan rizki bagi hamba-hambanya yang bertaqwa, maka dukung dan bantu kami pak untuk mewujudkan generasi bertaqwa yang takut pada laknat Allah, agar Allah turunkan bala bantuan langit untuk menyelesaikan permasalahan negeri ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bila tulisan ini sampai di tangan bapak dan terbaca, saya berharap bapak bersedia mengetik ulang dan mendokumentasikannya sebagai salah satu suara rakyat yang memiliki harapan akan perubahan Indonesia menuju pada ketaqwaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebelum saya akhiri, saya titip salam hormat untuk ibu Titiek Soeharto. Saya selalu berdo'a agar ibu Titiek berkenenan segera membuka hati untuk berhijab. Saya bayangkan keanggunan beliau mengenakan gamis dan hijab syar'i berjalan di samping bapak sebagai ibu negara Republik Indonesia. Aamiin ya Robbalallamiin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Menuju Indonesia TAQWA bersama Prabowo - Sandi. Salam 2👆✌jari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Salam Hormat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">- Irena Handono -</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://www.facebook.com/groups/BARISAN.RAKYAT.OPOSISI/permalink/1142718229249408/">Facebook/BARISAN.RAKYAT.OPOSISI</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=331014470888790&id=100019407190636"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Facebook/100019407190636</span></a></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-69569268511259858942019-03-14T23:26:00.000+00:002019-03-25T17:35:00.990+00:00Tidak Pro Prabowo dan Tidak Pro Jokowi, tetapi...<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-6VF4P8BzAdI/XIraejZWn7I/AAAAAAAACCo/K_cdWf8QZWc6olrIDAQuLSn9adAa9FYlACLcBGAs/s1600/443-4551-11012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><img border="0" data-original-height="735" data-original-width="1418" height="206" src="https://2.bp.blogspot.com/-6VF4P8BzAdI/XIraejZWn7I/AAAAAAAACCo/K_cdWf8QZWc6olrIDAQuLSn9adAa9FYlACLcBGAs/s400/443-4551-11012.jpg" width="400" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya hanya tidak tega melihat kondisi rakyat Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Secara prinsip infrastruktur sangat penting dan bagus. Oleh karena itu sangat penting, maka pembangunan infrastruktur telah dikerjakan sejak zaman Soeharto hingga SBY.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bedanya?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pada era Jokowi, pembangunan infrastruktut dilakukan dengan obsesi yg sangat dipaksakan. Sehingga aspek lain baik seperti sektor pertanian, sektor peternakan dan lainnya terabaikan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dalam kondisi semacam itu, daya beli rakyat dan sektor riil perekonomian terpuruk. Jangan bilang rakyat kita malas. Pada jam 03.00 pagi saja, mereka sudah pada ke pasar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ada hal yg ironis, meski infrastruktur itu penting. </span><span style="font-family: verdana, sans-serif;">Bandara, stasiun diperbaharui semua dan menjadi megah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hanya saja perlu dicatat.. 100 persen UMKM tersingkirkan dan digantikan oleh Alfamart, Indomaret, dan sebagainya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Orang Indonesia memang hebat. Membangun dengan dana APBN. Setelah rampung, yang bisa cari duit adalah orang asing.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sementara.., Sebagian UMKM yang milik pribumi... cukup jualan kopi dan mie rebus pakai gerobak atau sepeda yang berada di luar stasiun dan jauh dari bandara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ratusan kilimeter jalan tol di luar Jawa dituntaskan itu juga hebat, sampai harga semen dan BBM disamakan dengan di Jawa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ironisnya...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jalan tol tersebut lebih memudahkan berbagai perusahaan raksasa milik asing yang AKAN MENGERUK sumber daya alam Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mereka para Kapitalisme Amerika dan Sosialis China memang membutuhkan itu. Maka mereka pun mau meminjami dana pembangunannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apa yg didapat Indonesia? TIDAK ADA, selain kehilangan sumber daya alam, bahkan mayoritas tenaga kerjanya dari mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Inilah hebatnya lagi bangsa kita. Mempersilakan orang Asing mengambil SDA kita, bahkan dibuatkan jalan, meski harus utang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Setelah infrastruktur selesai, maka secara bertahap kekayaan bumi dan alam Indonesia dibawa oleh mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dan jangan lupa kita pun harus bayar uang pinjaman.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya setuju dengan REVOLUSI INDUSTRI, membangun pabrik pengolahan sawit misalnya atau jagung, tetapi petani kita yang memasok biji sawit dan jagungnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sementara yg dilakukan konglomerasi asing tersebut adalah dengan membeli lahan dan bikin perkebunan sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lalu..... Rakyat kita....? Tetap susah, karena tidak dilibatkan dalam proyek REVOLUSI INDUSTRI tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">UMKM, yang menjadi keprihatinan ini tidak bisa ditutupi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Demikian juga di sektor riil. Bagaimana tidak PRIHATIN....GULA dan BERAS milik petani menumpuk dan tidak laku. Sebab uang Bulog telah habis buat membayar gula, beras serta daging dan lain-lainnya hasil impor.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Semua yang disampaikan itu riil, bukan HOAX.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">AYO KITA 'NGUMPUL' DI SAWAH dan silakan tanya petani, peternak dan para pelaku UMKM.*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sekali lagi:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dalam persoalan Pilpres 2019 ini, saya tidak bermasalah dengan Jokowi atau Prabowo.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Permasalahan saya dan sebagian besar rakyat adalah keterpurukan dan marjinalisasi terhadap rakyat NKRI yang dilakukan oleh kekuatan Kapitalisme Amerika dan Sosialisme China.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lalu siapa yang diharapkan bisa mengatasi itu?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jokowi sudah kita percaya, tetapi kondisi makin menjadi-jadi dengan munculnya arogansi tenaga kerja asing hingga pembiaran rakyat saling mencaci-maki yang memang sengaja mereka (musuh kita dari asing) ciptakan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Itu semua tidak sehat buat NKRI yang berpedoman pada pancasila.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jusuf Kalla juga tidak bisa berkutik (saya tiga kali bertemu Jusuf Kalla di rumah dan kantornya).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pesan dia, jaga diri dan keluarga kalian masing-masing, karena kita sedang diserang habis-habisan oleh kekuatan-kekuatan asing.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lalu siapa yang bisa?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Karena hanya ada dua calon, maka saya dan kawan-kawan akan mencoba pilih Prabowo Sandi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apakah beliau mampu?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kita lihat nanti. Jika ternyata Prabowo tidak bisa mengatasi persoalan bangsa ini,.... Ya bukan harga mati, harus kita ganti.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Minimal, saya mencoba memilih calon yang tersisa yang mungkin masih bisa diharapkan mengatasi akar persoalan besar bangsa ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Semoga Tuhan masih membersamai bangsa kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://www.facebook.com/SandiagaPrabowo/photos/a.1857326251051538/1859898127461017/?type=1&theater&hc_location=ufi">Facebook</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Artikel telah disuting sesuai ejaan dan kaidah dalam bahasa Indonesia tanpa mengubah isinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-16851350414060389852019-02-13T04:08:00.003+00:002019-03-25T17:38:47.813+00:00Nelly Siringo Ringo: Saya Dipidanakan Karena Membuka Email Kepunyaan Sendiri<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sudah 2 tahun ini waktuku habis sia-sia, 4 bulan lebih dipenjara, ditambah 1,5 tahun bolak balik di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena aku di dakwa dengan 3 KASUS yang semuanya terjerat UUITE alias UU Subversif Kekinian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">1. Ditangkap karena mengunduh artikel LIPPOWAY yang ditulis si JOHN, yang tidak pernah aku ketahui siapa si John tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bentuk artikel itu pdf. (e-book), yang aku pikir itu adalah semacam buku ilmiah yang tertulis sangat rapih, dan sudah tersebar dimana-mana, jadi manalah aku tau kalau itu HOAX, mana ada sih HOAX tertulis dalam BUKU TEBAL SEBANYAK 62 HALAMAN...? (Tapi herannya kok terbukti Lippo melakukan penyuapan-penyuapan Meikarta...? Sekarang Lippo malah sudah berurusan dengan KPK).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Maka jadilah aku unduh artikel dalam bentuk pdf tersebut, yang ternyata buku itu isinya mengenai tentang kejahatan korporasi Lippo, lalu aku upload lah di facebook, yang tujuanku sebenarnya untuk minta klarifikasi apakah benar isi buku yang ditulis oleh John tersebut dan niat aku sebenarnya juga untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari tipu-tipuan korporasi Lippo, sifatnya itu mengantisipasi...Dan ada hal yang sangat penting menurut ku yang membuat keinginanku untuk lebih mengetahuinya yaitu judul buku tersebut itu SENIN SAMPAI JUMAT MENIPU ORANG, SABTU SAMPAI MINGGU MENIPU TUHAN..Luar biasa judul buku tersebut, membuat aku bertahan membaca 62 halaman sekaligus tanpa berhenti...Dalam hatiku buku ini dahsyat, begitu beraninya orang menipu TUHAN.. Siapa dia yang berani menipu TUHAN, kecuali si Iblis...?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Aku ditangkap diperiksa di BARESKRIM POLRI, statusku waktu ditangkap itu sudah menjadi TERSANGKA, aku ditangkap oleh 16 Polisi, digelandang langsung ke markas Cyber Bareskrim Polri, tapi dilepaskan tidak ditahan karena pidana hukuman atas tuduhannya di bawah 5 tahun, tapi kasusku tetap diproses alias tetap berjalan, kecuali aku meminta maaf kepada Lippo Group untuk suatu buku yang bukan aku yang tulis, dan kalau meminta maaf karena mengunduh, bagaimana dengan ribuan orang yang lain yang juga ikut mengunduh buku tersebut...????? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: verdana, sans-serif;">Kenapa hanya saya yang dijadikan TERSANGKA, kenapa orang lain yang juga ikut mengunduh tidak dijadikan tersangka, contohnya seperti BANK SYARIAH MANDIRI, TBK, ini perusahaan pemerintah loh juga ikut mengunduh dan mengupload di website resmi Bank tersebut...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kenapa cuma aku yang seorang Emak-emak begini yang ditarget...? Apakah penangkapan ini bersifat politis...? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apakah karena aku berada di pihak oposisi, yang bawel kritik kinerja pemerintahan jokowi...??? Atau juga aku sering mengkritik mengenai MEIKARTA...? Atau karena pernah ikut untuk menggagas sidang istimewa...Atau apakah karena aku pernah menuntut pak Jokowi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas Kontrak Politik antara aku sebagai Ketua Sentral Pemberdayaan Masyarakat (SPM) dengan pak Jokowi pada saat itu sebagai Gubernur DKI Jakarta..? Wallahualam...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">2. Tak lama setelah kasus pertama tadi kira-kira sebulan kemudian aku ditangkap lagi tuh dengan 16 Polisi dan langsung ditahan, tuduhannya ILLEGAL AKSES, karena aku membuka facebook dan email pribadiku sendiri...Atas kasus ini asli bingung sampai muter otak saya ini kapan mereka menyita facebook dan email saya, terus bagaimana caranya menyitanya...? Kapan ditetapkan facebook dan email-email aku disita oleh Negara dan kapan facebook dan email-email ku berpindah tangan jadi milik Bareskrim...? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bayangin illegal akses ke facebook dan email-email aku sendiri...Menurut aku sebagai orang awam, BUKAN MAIN REKAYASANYA...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sekitar jam 1 malam setelah diperiksa seharian aku dimasukanlah disekolah tahanan Bareskrim selama 2 bulan, setelah itu dipindah ke Rutan Wanita Pondok Bambu selama 2 bulan...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Singkat cerita aku dibebaskan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena TIDAK TERBUKTI DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM (JPU) dalam Putusan Sela...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">JPU banding, kalah lagi...Hakim Pengadilan Tinggi pun menguatkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut.....</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">3. Di dakwa lagi atas kasus yang sama yaitu ILLEGAL AKSES terhadap facebook dan email pribadiku, kasus Illegal Akses yang aku telah diputus bebas, diulang kembali dari awal di Pengadilan yang sama yaitu Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sampai sekarang, semua dakwaannya SAMA PERSIS, tak ada sedikitpun yang berubah, kecuali Majelis Hakim nya saja...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau dulu untuk kasus ini aku diputus BEBAS karena tidak terbukti dakwaannya, tapi sekarang aku dituntut 3 tahun penjara dan denda 100 juta subsider 6 bulan...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Aku tinggal menunggu VONIS untuk kasus illegal akses ini yang sebenarnya nebis in idem, tanggal 6 Febuari 2019 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Aku harap Majelis Hakim Yang Mulia bisa bersikap ADIL, dan bisa menempatkan HUKUM tegak sebagaimana mestinya...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Karena Hakim itu adalah Wakil TUHAN untuk menyatakan mana yang benar dan mana yang salah, bukan jadi wakil atau kepanjang tanganan PENGUASA...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Nelly Rosa Yulhiana Siringo ringo</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jakarta 9 Januari 2019</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.facebook.com/nelly.r.ringo/posts/185778802381429"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Facebook</span></a></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-57077845112136367582019-01-20T01:48:00.000+00:002019-01-20T03:31:49.657+00:00Mabuk Keajaiban: Di Balik Sulitnya Menasihati Sebagian Pendukung Fanatik Petahana<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh: Aad Satria Permadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya berinteraksi (sekedar ngobrol dan berdebat) dengan kelompok “pemuja” petahana. Saya beri istilah “pemuja”, karena mereka ini sudah menganggap petahana satu-satunya sosok yang akan menyelamatkan Indonesia. “Ratu Adil”-lah istilahnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Petahana tidak ada cacat sedikitpun bagi mereka. Ketika ditunjukkan kebodohan, kebohongan dan kegagalan petahana mereka tetap tak bergeming. Pernah saya tunjukkan beberapa video petahana yang gagap dan gugup di depan kamera saat menjawab pertanyaan wartawan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pernah juga saya tunjukkan betapa petahana mengaku tidak membaca apa yang ditandatangani nya, mengaku IPK nya tidak lebih dari 2, sampai ketidakmampuan beliau berbahasa asing.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Berbagai macam data yang seharusnya menggiring pemahaman bahwa petahana tidak kompeten atau tidak smart, tidak diindahkan oleh mereka. Awalnya saya tidak ambil pusing, karena itu biasa. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya pikir, ini adalah fenomena defens<i> </i>mechanism saja. Namun, saya melihat argumentasi menarik dari mulut mereka, yang menggiring saya pada kesimpulan bahawa defens mereka bukan defens biasa. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya ingat salah satu teori tentang perilaku relijius orang-orang pagan (penyembah berhala). Mereka menyembah benda-benda, atau makhluk-makhuk seperti hewan dan tumbuhan, bukan karena akal mereka yakin bahawa yang disembah itu mampu memberikan kebaikan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jika dipikir dengan akal, maka mereka tahu bahawa benda dan makhluk yang disembah itu tidak logis dapat memberikan kebaikan kepada mereka. Namun mengapa terus disembah? Pakar psikologi agama mengatakan, justru karena tidak logis itulah maka berhala-berhala itu disembah. Para penyembah berhala itu disebut sebagai orang-orang yang “mabuk keajaiban”. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mereka adalah orang-orang yang menyukai keajaiban secara berlebihan. Sebagai contoh, untuk menjelaskan kejaiban yang dimaksud: para penyembah berhala itu tahu, kalau ingin kaya, mereka harus bekerja dengan rajin. Jadilah pedagang atau jadilah pegawai. Namun itu rasional, bukan keajaiban. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ajaib itu menjadi kaya dengan menyembah batu! Tidak masuk akal, namun justru itulah yang namanya keajaiban. Kalau masuk akal, itu bukan keajaiban tapi logis/rasional.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya perhatikan, dinamika psikologis inilah yang berkerja dalam otak kelompok pemuja petahana tersebut. Semakin ditunjukkan bahawa petahana memiliki kekurangan-kekurangan dan tidak logis kalau beliau dapat memperbaiki Indonesia, semakin mereka bersemangat mendukung petahana. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Beberapa diantara mereka mendebat dengan nasihat adiluhung orang Jawa, “wong pinter ora mesthi bener, wong bener ora mesthi pinter”. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mereka mau mengatakan, “ya, petahana memang bodoh, tapi dia orang yang benar”. Padahal nasihat Jawa itu maksudnya, “wong (sing ketok) pinter ora mesthi bener, wong sing bener (ora kudu ketok) pinter”, karena tidak mungkin orang dapat menjapai kebenaran tanpa ilmu, dan orang yang pintar adalah orang yang berilmu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Para pendukung jenis ini, akan semakin khusyuk membela petahana justru ketika ada bukti kekurangan petahana. Bagi mereka, dunia ini berjalan tak logis dan semuanya bertentangan. Dengan kondisi hutang melambung tinggi, BUMN merugi, nilai tukar rupiah yang cenderung melemah, harga-harga naik, dan kepercayaan terhadap pemerintah menurun, masih ada pemuja-pemuja yang percaya bahwa petahana mampu membalikkan keadaan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Padahal kualitas pribadi beliau secara intelektual lemah, literasinya kurang, gagap dan gugup jika tampil tanpa teks, pergaulan dunianya kurang berwibawa, dan boneka partai. Namun justru kualitas-kualitas itulah yang membuat mereka semakin berharap keajaiban, “bisa saja orang ini yang justru yang menyelamatkan Indonesia”. Itulah sebabnya Ruhut mengtakan, “jokowi adalah rahmat Tuhan untuk Indonesia”. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Perilaku seperti ini bukan barang baru di Indonesia. Ingatlah Ponari, dukun cilik yang dikabarkan mampu menyembuhkan segala macam penyalit dengan sebuah batu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Masuk akal? Tidak! </span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tapi justru itulah yang mendorong orang-orang datang untuk merasakan keajaiban. Kalau Ponari itu seorang dokter spesialis dengan gelar akademik doktor (S3), pasti yang datang tidak sebanyak itu. Kenapa? </span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau dokter bisa menyembuhkan penyakit, itu bukan keajaiban. Itu logis! Biasa! </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya sering tersenyum, namun berterima kasih atas perhatian kawan dan murid-murid saya yang menasihati, “Pak, jangan sering ngatain orang dungu. Tidak baik”. Namun, bagi saya, tidak ada kata yang pas untuk perilaku seperti ini selain “dungu”, karena mereka menolak ajakan berpikir logis, dan malah memaksa akalnya berpikir terbalik. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mengapa bisa begitu? Jiwa mereka mabuk keajaiban. Orang yang mabuk, selalu ingin merasakan sesuatu yang memabukkan itu. Kalau sesuatu yang memabukkan itu berupa khamr, maka khamr lah yang diinginkan. Dalam kasus ini, sesuatu yang memabukkan itu adalah “keajaiban”, maka keajaiban akan menjadi klangenan buat mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Terakhir, saya ingin mengingatkan, buat kawan-kawan muslim yang masih mabuk keajaiban. Sadarlah! Ingat, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wa Sallama mukjizat terbesarnya ialah Al-Qur’an. Beliau, Salallahu ‘Alaihi Wa Sallama, tidak memfungsikan Al-Qur’an sebagai alat pertunjukkan (show) keajaiban kepada orang beriman. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Beliau tidak pernah terbang walaupun kalau beliau minta kepada Allah, pastilah dikabulkan. Beliau tidak membelah lautan seperti Nabi Musa a.s., tidak pula tahan dibakar api seperti Nabi Ibrahim a.s. Mengapa? Karena keajaiban-keajaiban itu ditujukan untuk orang-orang yang sulit memahami kebenaran dengan akalnya. Bahasa agamanya, kafir. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sedangkan Rasulullah Salallahu A’alaihi Wa Sallama menunjukkan mukjizat Al-Qur’an kepada orang-orang beriman dengan penjelasan rasional. Sehingga keyakinan itu menancap kuat dalam sanubari orang beriman. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jangan biasakan akalmu mabuk keajaiban, karena itu sama dengan menutup pintu hidayah. Bagaimana Al-Qur’an yang logis dan rasional itu dapat diterangkan kepada otak yang sudah dibiasakan mabuk keajaiban, kawan? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Please .... </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://konfrontasi.com/content/politik/mabuk-keajaiban-di-balik-sulitnya-menasehati-sebagian-pendukung-fanatik-petahana"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Konfrontasi</span></a></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-50656777128356003692018-12-29T19:03:00.001+00:002018-12-30T00:39:53.748+00:00‘Jaenudin’ Salah Adegan<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-NFZ6FKRKMdY/XCe_5jKTdhI/AAAAAAAAB-8/PlMzvm_qj7cp1euxeuiXT6hsbODWfi5CQCLcBGAs/s1600/FB_IMG_1545767830_B.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="413" data-original-width="413" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-NFZ6FKRKMdY/XCe_5jKTdhI/AAAAAAAAB-8/PlMzvm_qj7cp1euxeuiXT6hsbODWfi5CQCLcBGAs/s320/FB_IMG_1545767830_B.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh: Agi Betha | Pegiat Media Sosial </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Memang hanya Jaenudin yang cocok <i>acting</i> begini. Membayangkan jika hal yg sama ini dilakukan oleh SBY, PS, bahkan bu Mega sekalipun, kok rasanya tak mungkin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tontonan menggelikan. Di batas lokasi yang sudah ditetapkan, semua anggota rombongan berhenti berjalan. Lalu Jaenudin membetulkan poni dan memberikan lambaian tangan kecil, tanda dirinya mulai berjalan sendirian ke arah bibir pantai, di mana awak media atau para kameraman telah menunggu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di lokasi berikutnya, juru kamera telah bergerombol siap mengabadikan. Jaenudin harus terlihat berjarak dan terpisah dari pengawalan. Yaitu agar gambar ia terlihat sendirian berefek amat dramatis jika dipandang dari sudut kamera yang pas.</span><br />
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif; text-align: justify;">Kesan </span><i style="font-family: verdana, sans-serif; text-align: justify;">lonely</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif; text-align: justify;">, </span><i style="font-family: verdana, sans-serif; text-align: justify;">somehow</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif; text-align: justify;"> dapat memberikan kesan seseorang itu tengah merenung. Sosok itu seolah sedang berpikir keras. Atau tampak menahan sedih. Atau justru hendak memperlihatkan kekuatan dirinya saat sendirian di tengah alam sekitar nan ganas. Begitu banyak nuansa yang ingin dihadirkan pemotretnya untuk mengaduk-aduk emosi penonton.</span></span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif; text-align: justify;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tapi sayangnya, kesan itu hanya efektif sekali. Sang sutradara lupa bahwa ketika SATU ADEGAN YANG SAMA selalu diulang-ulang di banyak kesempatan, di berbagai lokasi bencana, maka orang akan tahu bahwa itu adalah adegan yang direncanakan. Diskenariokan dengan matang. Polanya sama. Modusnya serupa. Dilakukan untuk kebutuhan pencitraan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jaenudin tidak salah, dia hanya lugu. Atau selalu menurut saja, akibat malas berpikir. Yang keliru adalah tim kreatif yang tidak memperbaharui <i>story board</i>. Mereka menuntut masyarakat untuk terus bereaksi sama, yaitu rasa penuh simpati kepada Jaenudin. Berharap kepada reaksi yang polos. Mereka terlanjur merendahkan daya analisis penonton yang cerdas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tim <i>branding</i> berharap adegan-adegan <i>LONELY</i> itu terus memanen <i>LOVELY</i>. Padahal teori umum mengatakan, sesuatu yang sifatnya repetitif justru membuat bosan. Mencipta muak. Maka tak heran seharian kemarin foto-foto dan rekaman video Jaenudin menjadi bulan-bulanan. Menuai banyak cemohan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tim Jaenudin tidak paham, bahwa manusia selalu menyukai ekspresi manusia lainnya. Tidak pernah bosan menyaksikan spontanitas. Jaenudin adalah pemimpin manusia hidup, maka ia harus mengutamakan berinteraksi kepada yang hidup.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jadi ketika Tim <i>Personal Image</i> Jaenudin, dengan dibantu media-media pendukungnya, menyebarkan foto-foto bahwa ia lebih mementingkan berinteraksi dengan alam, maka selesailah semuanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Rakyat lebih menyukai emosi manusia hidup. Keadaan benda mati adalah segmen kedua, bukan di panggung utama. Rasa haru biru tidak akan muncul dari melihat pemandangan Jaenudin bersama bebatuan, atau karena melihat punggungnya yang menghadap lautan. Adegan-adegan seperti itu adalah level pak lurah, bukan kelas presiden.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di tengah bencana besar, alam adalah cerita warna-warninya. Yang jadi pusat perhatian utama tetap korban manusianya. Nyawa dan cerita kehidupan di baliknya. Karena itu adegan menggenggam tangan para korban yang putus harapan, memeluk mereka yang melolong kesakitan, membisikkan asa ke telinga manusia yang butuh pertolongan, adalah <i>headline</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebetulnya Jaenudin bisa menjadi setitik cahaya di tengah hamparan kesedihan, jika timnya pandai mengelola isu. Tapi faktor keikhlasan seseorang memang tidak bisa dibuat-buat, karena itu lahir dari martabat dan integritas yang melekat. Sedangkan pencitraan adalah kebiasaan yang bisa membuat ketagihan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jadi, agar tidak menjadi pergunjingan, tidak melukai hati rakyat, siapapun pemimpin harus selalu ingat bahwa menjadikan bencana sebagai objek pencitraan adalah bagai menambahkan bencana di atas bencana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="http://www.swamedium.com/2018/12/26/jaenudin-salah-adegan/2/">SwaMedium</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif; text-align: justify;">Salinan sesuai aslinya dengan perubahan telah dilakukan terbatas hanya pada penulisan kata dan tanda baca sesuai Tata Bahasa Indonesia.</span>vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-90465284601615751252018-12-26T16:43:00.002+00:002019-03-26T20:51:38.846+00:00Dua Kesalahan Fatal Dalam Matematika dan Logika Jalan Tol<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-SYMlj9aURsk/XCOrjtTP84I/AAAAAAAAB-o/-QiMOsikbC0V7m89N_DnihAjcCgIhvqvwCLcBGAs/s1600/C--20181226-223856.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="background-color: white; color: black;"><img border="0" data-original-height="1561" data-original-width="1415" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-SYMlj9aURsk/XCOrjtTP84I/AAAAAAAAB-o/-QiMOsikbC0V7m89N_DnihAjcCgIhvqvwCLcBGAs/s320/C--20181226-223856.jpg" width="290" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: small;"><a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181220151225-92-355223/lewati-soeharto-pembangunan-tol-era-jokowi-sudah-671-km?fbclid=IwAR0KBVlracLz9LD-QT252zSdlAtgFfWeC4McK1eEiFXhOA6ZF_inuPzWvPc" style="background-color: white;">cnnindonesia/lewati-soeharto-pembangunan-tol-era-jokowi-sudah-671-km</a></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh: Dandhy Dwi Laksono</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pertama, jumlah kendaraan tahun 1980 baru 1,1 juta unit. Tahun 1990 naik menjadi 2,7 juta. Bahkan pengusaha merangkap pejabat seperti Luhut pun tidak akan mau melakukan investasi infrastruktur dengan populasi kendaraan (market) seperti ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Berapa tahun baru bisa balik modal? Bahkan yang sudah lama dibangun seperti tol Jagorawi atau Surabaya-Gempol pun tak kunjung digratiskan dan menjadi jalanan umum meskipun sudah balik modal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bandingkan ketika Jokowi berkuasa tahun 2014, jumlah kendaraan sudah melonjak hingga 21 juta unit. Investor jalan tol pun tumbuh subur seperti Tutut Soeharto, Aburizal Bakrie, Harry Tanoe, Sinar Mas, Astra, Kompas Gramedia Group, bahkan keluarga Jusuf Kalla dan Sandiaga Uno sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Rumus perhitungan seperti apa yang digunakan untuk membandingkan dua zaman yang berbeda volume permintaan dan penawarannya (demand and supply)?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Padahal ini bukan "rocket science".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Agar lebih dramatis, mengapa tidak sekalian membandingkan dengan 20 tahun Presiden Soekarno berkuasa dan tidak membangun satu meter pun jalan tol? Bukankah tahun 1949 - saat Konferensi Meja Bundar diteken - jumlah kendaraan "sudah mencapai" 34 ribu unit?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Negara model apa yang hendak dibangun Soekarno-Hatta jika tanpa jalan tol?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ini sekaligus mengantarkan pada kesalahan yang kedua, yakni kesalahan logika. Ini sangat fatal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tugas negara adalah membangun infrastruktur publik dari pajak. Jalan tol adalah bukan infrastruktur publik, melainkan jalan swasta. Privat. Hanya yang sanggup bayar yang boleh lewat meskipun pembebasan tanahnya memakai dalih kepentingan umum dan mengerahkan para aparat. Aparat yang digaji dari pajak rakyat untuk menggusur paksa agar pemilik tanah mau pindah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bahkan jika jalan tol itu milik BUMN, saham yang dijualnya di pasar modal, tidak 100 persen milik NKRI. Bunga dari surat utangnya tidak mengalir dan berputar di urat nadi ekonomi nasional.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Komunikasi politik alias propaganda gaya Luhut ini bahkan bisa jadi bumerang jika dibaca begini:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Soeharto membangun sedikit jalan berbayar, dan lebih banyak jalanan umum gratis untuk warganya yang sudah membayar pajak. Itulah tugas Presiden RI."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Sementara Jokowi, pajak yang ditarik dari kendaraan jauh lebih besar, tapi yang dibangun justru jalanan berbayar. Itulah tugas Presiden Direktur Perusahaan Infrastruktur."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tapi mengapa pejabat seperti Luhut Binsar Pandjaitan atau tim Jokowi lainnya percaya diri memakai propaganda seperti ini?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Karena lawan politiknya:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">1. Hanya menjual ketakutan "Indonesia Punah", "Indonesia Bubar" dan sejenisnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">2. Pendukungnya gampang dihasut dengan "isu PKI" atau "kriminalisasi ulama" (padahal jumlah rakyat yang dikriminalisasi jauh lebih banyak dan kasusnya lebih nyata).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">3. Sumber logistik mereka dari oligarki yang sama. Dari bisnis infrastruktur, tambang emas, batubara, dan kelapa sawit yang sama. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white; font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://www.facebook.com/dandhy.laksono/posts/10156807027668618" style="background-color: white;">Facebook/Dandhy Dwi Laksono</a></span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Beberapa perubahan terbatas hanya pada penulisan kata menyesuaikan dengan Tata Bahasa Indonesia.</span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-23626772178115960532018-10-31T02:08:00.000+00:002018-11-03T04:09:12.739+00:00Lion AIr, Milik Siapa?<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-VBrGeYwmgV4/W9ma2waGhiI/AAAAAAAAB8Y/opRb5G8P0Yw1LLDxvzyLMLNCrkxh3QtpwCLcBGAs/s1600/image-281829191.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://4.bp.blogspot.com/-VBrGeYwmgV4/W9ma2waGhiI/AAAAAAAAB8Y/opRb5G8P0Yw1LLDxvzyLMLNCrkxh3QtpwCLcBGAs/s400/image-281829191.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div class="MsoNoSpacing">
<span style="font-size: 12.0pt;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lion
Air PK-LKS saat tergelincir di Bandara Ngurah Rai Bali, 15 April 2013 | Ilustrasi (Sumber Foto: via businessinsider.com.au)</span><span style="font-family: arial, sans-serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh
Derek Manangka | Jurnalis Senior<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau benar perusahaan penerbangan Lion Air bukan milik
pengusaha Indonesia Rusdi Kirana, melainkan kepunyaan pengusaha Singapura, maka
fakta ini merupakan sebuah persoalan besar dan pelanggaran serius. Menyatu di
dalamnya pelanggaran etika, baik dari segi bisnis maupun dari sudut kejujuran.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh sebab itu, untuk tidak terlanjur menimbulkan spekulasi
dan tanda tanya, harus ada klarifikasi atau kejelasan dari berbagai pihak.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Yang patut memberikan klarifikasi adalah Kementerian
Perhubungan RI dan Rusdi Kirana sebagai pihak yang mengaku selaku pemilik dan
tentu yang terakhir pengusaha atau pihak Singapura yang dicurigai bersembunyi
di ruang kebohongan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Klarifikasi ini penting oleh karena beberapa hal. Seperti
berhasilnya Lion Air menguasai bandara militer Halim Perdana Kusumah, telah
menimbulkan kecurigaan publik terhadap institusi TNI AU.</span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: verdana, sans-serif; text-align: justify;">Lembaga negara yang merupakan salah satu
pilar dan sayap penjaga kedaulatan udara Indonesia, diakali oleh para pakar
pebinis. Dan TNI AU yang para pemimpin atau pimpinannya bukanlah ahli dagang
dan bisinis, berhasil diperdaya oleh Lion Air. Namun yang disorot dan dikritisi
sekarang adalah lembaga negara itu sendiri. Pimpnan lembaga TNI AU ini mungkin
sebentar lagi akan dimintai pertanggung jawabannya.</span><br />
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jika benar Lion Air milik pengusaha
Singapura ataupun pemerintah Singapura, maka keberhasilannya menguasai bandara
militer Indonesia, dapat dikategorikan sebagai sebuah kegiatan infiltrasi dan
sabotase. Dua kegiatan ini merupakan pelanggaran kedaulatan atas teritori
Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tindakan ini melebihi bahkan lebih jahat
dari apa yang dilakukan dua marinir Indonesia Usman dan Harun di tahun 1965.
Mereka sebagai pasukan katak, menyusup ke Pulau Singapura untuk melakukan aksi
sabotase. Tapi tindakan sabotase itu merupakan bagian dari perang antar dua
negara yang sedang bereskalasi - sebagai akibat dan imbas dari Konfrontasi
Indonesia-Malaysia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Usman dan Harun akhirnya dihukum mati oleh
pemerintah Singapura di tiang gantungan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sekaligus diklarifikasi tentang kesan bahwa
Lion Air kurang responsif atau lalai dalam bertanggung jawab terhadap keluhan
sejumlah penumpang. Keluhan itu banyak terletak pada kelambatan jam
pemberangkatan maupun kedatangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tidak tepatnya waktu pemberangkatan sebuah
penerbangan, tak boleh dilihat hanya dari sisi keterlambatan saja. Tapi harus
menyatu di dalamnya soal jaminan keselamatan penumpang. Sebab bisa saja
penumpang yang terkatung-katung di ruang tunggu, tidak terselamatkan nyawanya.
Seperti meninggal dunia di tempat sebagai akibat dari stress, menunggu dan
kelelahan atau tidak mengkonsumsi makanan yang cocok.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Klarifikasi ataupun pemeriksaan terhadap
Rusdi Kirana selaku sosok yang mengaku sebagai pemilik Lion Air, semakin
mendesak untuk mencegah rumor yang sudah lama beredar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bahwa Rusdi Kirana yang sebelumnya hanya
menangani bisnis <i>Travel Agent</i>, tidak mungkin secara tiba-tiba punya
kemampuan membeli 461 unit pesawat dari Boeing dan Airbus. Terutama, karena
selama ini belum pernah terjadi seorang pengusaha biro jasa perjalanan kelas menengah, tiba-tiba
membelanjakan miliaran dolar untuk pengadaan armada penerbangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Walaupun membeli itu merupakan hak asasi
manusia-nya Rusdi Kirana, tapi adalah wajib bagi pihak perbankan atau otoritas
keuangan curiga dan memeriksa seorang yang tiba-tiba menjadi kaya raya secara
mendadak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kecurigaan itu perlu, dalam rangka
pencegahan kegiatan pencucian uang (<i>money laundry</i>).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pemeriksaan terhadap Rusdi Kirana juga
diperlukan untuk menjaga nama baiknya. Sebab status sosialnya sebagai anggota
Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), tak boleh punya cacat. Lembaga
terhormat yang hanya terdiri atas 9 orang itu, harus dijaga kehormatan dan
reputasinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Seorang anggota penasihat presiden, sudah
sepantasnya diberi perlindungan dari berbagai tudingan dan rumor.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Semoga saja Lion Air bukan milik pengusaha
apalagi pemerintah Singapura. Artinya tidak ada dusta atau kebohongan antara
Singapura dan Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Namun jika benar Lion Air merupakan milik
warga negara tetangga itu, berarti pihak perusahaan penerbangan ini telah
melakukan penghindaran pajak (<i>tax avoiding)</i>. Penghindaran pajak
merupakan tindakan kriminal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Untuk sementara kita tetap berfikir dan
bersikap positif, bahwa Rusdi Kirana dan Lion Air-nya, tidak melakukan kegiatan
yang bersifat "<i>henky-penky</i>".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Namun klarifikasi atas status Lion Air,
harus segera diperjelas. Otoritas yang mengatur bisnis penerbangan jangan
meremeh-temehkan persoalan Lion Air.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebab selain hal-hal yang disampaikan di
atas, kita selalu dihantui oleh adanya berbagai persoalan psikologis dalam
hubungan bilateral Indonesia-Singapura.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Misalnya dalam berbagai bisnis Singapura
selalu bersikap protektif. Tetapi kepada Indonesia, Singapura selalu meminta
keterbukaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di dunia perbankan misalnya, sebagaimana
dikeluhkan oleh bankir pemerintah, sangat sulit bagi bank-bank BUMN kita
mendapatkan izin operasi di negara tetangga tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dalam hal ini, Singapura tidak mau
memberlakukan hububngan yang bersifat "<i>reciprocal</i>".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dalam bisnis penerbangan, Singapura lebih
banyak "memperoleh" ketimbang "memberi".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ini dibuktikan oleh beroperasinya
perusahaan penerbangan "Silk Air" di berbagai kota provinsi di
Indonesia. Induk perusahaannya sendiri "Singapore Airlines" juga
melayani sejumlah rute gemuk di 5 kota utama Indonesia: Jakarta, Denpasar,
Surabaya, Bandung dan Medan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dan hal ini pula yang memunculkan
kecurigaan. Jangan-jangan Singapura sengaja menciptakan "Penerbangan
Singa" (Lion Air) agar negara tetangga itu bisa menguasai seluruh jalur
domestik Indonesia yang selama ini masih dikuasai oleh Garuda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Maka dilahirkanlah Lion Air yang gambar
logonya mengingatkan patung singa yang terkenal memuncratkan air dari mulutnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">______________________<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Artikel telah disunting terbatas hanya pada
tanda baca, kesalahan ketik dan beberapa kalimat untuk hemat kata.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNoSpacing">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Artikel asli: <a href="https://www.rmol.co/read/2016/03/08/238676/Perjelas-Status-Kepemilikan-Lion-Air-"><span style="text-decoration-line: none;">RMOL | Perjelas Status
Kepemilikan Lion Air</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNoSpacing">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNoSpacing">
<br /></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-29614526551210914652018-05-29T17:13:00.001+01:002018-05-29T17:20:00.979+01:00Seakan-akan Semua Pemberian Presiden<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh Azwar Siregar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tiba-tiba saja logika bangsa ini jatuh ke bawah garis minus yang mencemaskan. Andai saja saya bukan umat yang tercerahkan, saya mulai percaya kalau sebagian besar anak bangsa ini adalah keturunan monyet seperti teori evolusi Darwin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ulah Gerombolan Penista Logika (GPL) benar-benar membuat saya mesti geleng-geleng kepala dan kembali bertanya-tanya, apa benar semua manusia memiliki otak?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya tidak bisa bayangkan ada sekelompok orang hanya gara-gara tidak mendukung rezim yang berkuasa sekarang, lalu berkata: </span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Mudik Lebaran jangan lewat jalan tol ya, karena tol itu hasil kerja Pak De dan anda bukan pendukungnya..."</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Wo-te-ef?, hallo.., emang bangun jalan tol pakai uang pribadi Pak De ya?, lagipula lewat jalan tol itu bayar, bukan gratis. Semakin banyak mobil yang lewat maka akan semakin cepat kembali dana investasinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jadi ingat sekelompok makhluk goblok yang gara-gara kita anti Jahudi Israhell, mereka ngomong: </span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Kalau gitu jangan main fesbuk karena fesbuk buatan Jahudi, haram, bla..bla..bla..."</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lah, si Mark-zuki yang punya fesbuk aja ngga melarang, malah berharap semua orang bikin akun fesbuk karena itu sumber pundi-pundi kekayaannya, situ jadi onyet kok malah ribut?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Seharusnya cepat-cepat lap ingus karena kalian akan melewati jalan-jalan negara gratis hasil karya Pak Harto yang sangat kalian benci itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">" Kamu PNS, di gaji Pemerintah. Kalau tidak suka dengan Pak De, keluar dari PNS..."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lo, emangnya PNS itu karyawan Pak De?, Jangan kalian buat Indonesia seakan-akan adalah Perusahaan milik Pribadi, negara ini milik kita bersama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Presiden itu menjabat hanya 5 tahun dan setelah itu akan dipilih kembali, sedangkan PNS itu Karyawan Negara yang karirnya bisa puluhan tahun di rezim Presiden yang bergonta-ganti.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Atau apa sebaiknya kita ganti aturan Konstitusi, setiap ganti Presiden maka semua PNS , Polisi dan juga semua personil TNI ikut diganti sesuai pendukung Presiden yang terpilih ?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Repot bong, dan jauh lebih mudah serta murah biayanya untuk mengganti otak kelompokmu dengan otak kuda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Kalau ngga suka sama Pak De, kembalikan Uang THR hasil pemberian Pak De".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Wot...???"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kira-kira berdosa ngga sekali lagi kalau saya bilang wo-te-ef?, karena ini benar-benar penistaan logika yang menjijikkan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Uang THR atau apapun yang dibayarkan Pemerintah bukan uang pribadi Presiden yang berkuasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sama dengan Hutang Negara yang menumpuk sekarang, kita semua rakyat Indonesia yang bertanggung jawab membayarnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Baiklah, sebagai Ketua Partai Tirik Yaluk, saya akan memberikan sedikit pencerahan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Presiden itu, siapapun orangnya adalah Petugas Rakyat (catat : Bukan Petugas Partai apalagi Kacung) yang kita pilih secara demokrasi untuk mengelola negara ini. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Karena Presiden adalah petugas rakyat, maka kita menggaji Presiden lewat sistem Pemerintahan untuk mengelola kekayaan dan keuangan negara untuk membuat kita semua rakyat Indonesia makmur dan sejahtera.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau misalnya masih banyak rakyat yang masih hidup melarat, bahkan untuk beli beras untuk makan sehari-hari hanya sanggup beli beras sachetan, berarti ada yang salah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Artinya Presiden yang sedang berkuasa gagal dan ojo dipilih lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalaupun dia bisa bagi ini-bagi itu termasuk THR dan lainnya, dimana letak luar biasanya ya?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Luar biasa itu kalau bisa membuat pertumbuhan ekonomi negara kita 10 persen keatas (sekarang cuma 5 persen).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Luar biasa itu kalau bisa membuat pendapatan perkapita rakyat kita jadi 17.000 US Dolar (sekarang cuma 3300 US Dolar).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Luar biasa itu kalau nilai Rupiah membaik misalnya 7000 per 1 US Dolar (sekarang 14.220).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Piye...?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sudah tercerahkan sedulurku semua?, ya sudah ambil THR nya tapi tetap #2019GantiPresiden biar kita dapat Presiden yang luar biasa ya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">#KomunitasKomunikasiCintaIndonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">#RPP2019</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">#TirikYaluk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://www.facebook.com/Sir.Egar.Azwar/posts/10214965776993129">Facebook</a></span></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-55717592700206406212018-05-20T21:58:00.002+01:002018-05-21T21:15:19.012+01:00Paradoks Jokowi<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="clear: left; float: left; font-family: "verdana" , sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="471" data-original-width="960" height="196" src="https://2.bp.blogspot.com/-lnGcSTjHcCM/WwHgfduEKXI/AAAAAAAABvM/X7simW7snlsvm62HzCcMHkqs-ouERc4YACLcBGAs/s400/Ganti_Jokowi_2019_05427640977.jpg" width="400" /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh Zeng Wei Jian</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Meme aktivis Lieus Sungkharisma beredar. <i>Caption </i>atau keterangan foto (meme); "Kamsia Pak Jokowi, cukup ampe 2019 aja ya".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dengan demikian, jadilah Lieus Sungkharisma sebagai orang Tionghoa pertama yang berani menolak kepemimpinan ulang Presiden Joko.<i> He is the pioneer</i>. Sementara mayoritas enggan keluar dari <i>comfort zone</i>, <i>he speaks up</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"<i>It is not easy to be a pioneer-but oh, it is fascinating</i>," tulis Elizabeth Blackwell (<i>British physician</i>).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Joko punya <i>chance</i> berkuasa kembali. Bila tidak tumbang, dan terpilih kedua kali, maka dia bisa memerintah untuk ketiga kali. Tinggal ubah regulasi. Seperti Mr. Xi Jinping of China.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tanpa basis massa, Joko kuat. Dia fenomena anomali. Paradoksnya, justru saking lemah, Joko jadi kuat. Di sekitarnya, ada banyak klik yang dapat jatah. Dibagi rata. Karena itu, semua klik punya kepentingan mempertahankan kekuasaan Joko.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sumber lain kekuatan Joko adalah infiltrasi Beijing. Proksinya ya konglomerat. Dahulu, hanya ada satu kekuatan main di Indonesia, yaitu Amerika.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Media <i>mainstream</i> dikuasai. Lembaga survei dapat proyek dongkrak popularitas. Bikin kesan dicintai rakyat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sekali pun dolar naik, menteri negara asal ngomong, ada satu issu penyelamat; Islam radikal. Ketika issu ini dimainkan, minoritas dan moderat ramai-ramai kembali Pro Joko.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Keempat faktor ini kunci kekuatan Joko. Bila rantai soliditas klik terurai, interupsi Amerika via Donald Trump, maksimalisasi media alternatif dan konvensional, transformasi stigma terhadap muslim bisa dilakukan, maka <i>Joko is in trouble</i>. Dia bisa benar-benar pensiun di tahun 2019.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="http://politik.rmol.co/read/2018/05/20/340670/Paradox-Jokowi-">RMOL</a></span><br />
_________<br />
<br />
Artikel teleh disunting terbatas hanya pada ejaan tata Bahasa Indonesia.</div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-43371669010593023992018-04-22T17:48:00.001+01:002018-04-25T03:53:46.225+01:00Siapakah Perintis Jalan Trans Papua?<div style="font-family: "helvetica neue", helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px;">
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh Eny Wijayanti</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Maaf mungkin Banyak sekali Rakyat Indonesia yang belum paham cerita ini. Maklum karena sangat kuatnya pencitraan terhadap penguasa selama 4 Tahun terakhir ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Baiklah Kita URAIKAN saja ceritanya biar rakyat tidak mendapat Info Hoax yang berkelanjutan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">-----</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">PENCIPTA JALAN TRANS PAPUA: PROF. BJ HABIBIE</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jalan Trans Papua panjangnya 4.330,07 kilometer. Dijadwalkan selesai di tahun 2019 .</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jalan raya ini dibangun sejak pemerintahan Presiden BJ Habibie, dan dilanjutkan oleh presiden Megawati dan berikutnya dilanjutkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Infrastruktur ini akan menyambung dari Sorong di Provinsi Papua Barat, hingga Merauke di Provinsi Papua.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Total panjang Jalan Trans Papua di Provinsi Papua sekitar 3.259, km, sedangkan yang di Provinsi Papua Barat panjangnya sekitar 1.071 km.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sejak masa jabatan Presiden SBY berakhir, Jalan Trans Papua ini wajib diteruskan oleh presiden berikutnya. Ini adalah suatu kewajiban bagi para presiden, atau bukan tugas namun diharuskan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebab jalan tersebut harus selesai dengan tepat waktu yang telah ditentukan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dari total panjang jalan tersebut, ada 231,27 km jalan baru yang dibangun di 2016. Sehingga total Trans Papua yang tembus hingga saat ini sebesar 3.851,93 km, dan yang belum tembus hanya sepanjang 479 km saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tugas untuk presiden Jokowi, hanya melanjutkan jalan yang belum diselesaikan oleh para presiden terdahulu. Jokowi tinggal menyelesaikan sisa jalan tersebut yang belum rampung sekitar sepanjang 479 kilometer saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hal ini bukan disebut sebagai proyek mangkrak karena masa tugas sang presiden telah berakhir.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Untuk tahun ini, ditargetkan 143,35 km jalan baru akan dibangun. Sehingga total yang akan tembus menjadi 3.995,28 km. Ini berarti sisa jalan yang belum tembus sepanjang 334,79 km akan dirampungkan hingga 2019.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apabila Presiden Jokowi tidak berhasil merampungkan sisa pembangunan Jalan Trans Papua ini, maka negara akan menilai Jokowi sebagai presiden yang tidak becus.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bayangkan, masa sih Jokowi tidak berhasil membangun jalan raya sepanjang 335 kilometer dalam tempo 5 tahun? Pakai pencitraan, seolah olah hasil karyanya .</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bayangkan.. Presiden BJ Habibie dan Presiden SBY sudah mampu menyelesaikan Jalan Trans Papua sekitar sepanjang 3995 km. Tanpa pencitraan.</span></span><br />
<span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="http://www.faktakini.com/2018/02/siapa-pencipta-jalan-trans-papua-ini.htm">Fakta Kini</a></span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<a href="http://kabarjitu.com/2018/02/pencipta-jalan-trans-papua-adalah-bj-habibie-tanpa-ada-pencitraan/"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kabar Jitu</span></a><br />
<br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">*Tulisan telah disunting terbatas hanya pada ejaan dan tata bahasa.</span><br />
<br /></div>
</div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-35952721052366108042018-03-29T02:47:00.000+01:002018-03-29T14:10:30.746+01:00Seluas 83 Persen atau 159 Juta Hektare Lahan Indonesia Sudah Dikuasai Korporasi Asing dan Domestik<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">WAWANCARA Yaya Nur Hidayati</span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh Harian Rakyat Merdeka</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-88WOLtNd0Tc/WrxBoR7akkI/AAAAAAAABrQ/1KRRkF0KMBM-a2EL8yikmrowtYY_154qwCLcBGAs/s1600/3126032018_Yaya-Nur-Hidayati.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="315" data-original-width="640" height="196" src="https://4.bp.blogspot.com/-88WOLtNd0Tc/WrxBoR7akkI/AAAAAAAABrQ/1KRRkF0KMBM-a2EL8yikmrowtYY_154qwCLcBGAs/s400/3126032018_Yaya-Nur-Hidayati.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Polemik terkait penguasaan lahan oleh asing mengemuka menyusul serangan Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais terhadap kebijakan bagi-bagi sertipikat yang dilakukan Presiden Jokowi. Amien menilai, program bagi-bagi sertipikat tanah sebagai bentuk pembohongan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyat kecil. "Waspada bagi-bagi sertipikat, bagi tanah sekian hektare, tetapi ketika 74 persen negeri ini dimiliki kelompok tertentu seolah dibiarkan. Ini apa-apaan?" kata Amien.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pernyataan eks ketua MPR itu pun mendapat reaksi keras dari Menteri Koordinator Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut mengancam akan mencari dosa-dosa, orang-orang yang kerap mengkritik pemerintah tanpa disertai data. Dari sinilah polemik terkait pemilikan lahan di Indonesia mengemuka. Sebenarnya berapa besar sih lahan kita yang dikuasai asing atau kelompok tertentu? Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) beberapa waktu lalu pernah melakukan kajian terkait penguasaan lahan di Tanah Air. Berikut penuturan Direktur Eksekutif Nasional Walhi Yaya Nur Hidayati kepada Rakyat Merdeka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apa betul 74 persen lahan kita dikuasai kelompok tertentu?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Iya. Berdasarkan data Walhi lahan itu banyak dikuasai oleh korporasi. Sebagian besar wilayah kita memang sudah di-kavling-kavling untuk korporasi. Kalau menurut penelitian Walhi itu yang dikuasai oleh korporasi adalah sebesar 82 persen, atau sekitar 159 juta hektare yang sudah diberikan konsensi untuk korporasi.</span></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lahan yang dikuasai itu dimanfaatkan dalam bidang apa saja oleh mereka?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebagian besar adalah untuk korporasi di sektor kehutanan, perkebunan, serta pertambangan. Itu sebagian besar menguasai wilayah kita. Nah, itu termasuk korporasi asing dan domestik. Jadi kurang tepat juga kalau dianggap lahan kita dikuasai asing. Yang sebenarnya adalah dikuasai oleh korporasi, tapi entitasnya bercampur antara domestik dengan asing. Tapi bahwa terjadi ketimpangan penguasaan tanah dan sumber daya alam itu memang benar terjadi.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></b><br />
<a name='more'></a><b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Korporasi yang paling banyak menguasai lahan itu kebanyakan korporasi asing atau lokal?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kami belum cek terlalu jauh ya. Tapi memang kalau kita cek, misalnya perkebunan kelapa sawit itu memang banyak juga yang dikuasai asing. Kebun-kebun sawit kita itu perusahaannya banyak dikontrol dari luar negeri. Begitu juga dengan pertambangan. Kami belum cek persentasenya, tapi banyak juga yang dikuasai oleh asing. Tapi sekali lagi, ketimpangan kepemilikan antara rakyat dengan korporasi memang terjadi.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Daerah mana saja yang lahannya banyak dikuasai korporasi itu?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di seluruh Indonesia seperti itu. Tapi terutama memang di luar Jawa ya. Karena dia paling banyak untuk sektor perkebunan.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Penguasaannya itu sekadar HGU atau sudah jadi hak milik?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau penguasaan korporasi itu bisa lewat perizinan konsesi, atau HGU (Hak Guna Usaha) yang memang bisa sampai 90 tahun. Kalau di pertambangan itu kontrak karya IUT (Izin Usaha Tambang), atau PKB2B. </span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jadi memang sebagian besar wilayah sudah di-kavling-kavling. Tapi ini sebenarnya bukan fenomena baru. Ini sudah terjadi sejak Orde Baru. Jadi memang dulu pengelolaan sumber daya alam itu diserahkan oleh negara kepada korporasi, dan itu yang sampai sekarang masih terjadi.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sejauh ini apakah lahan yang dikuasai korporasi itu berubah menjadi hak milik?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau untuk korporasi asingkan pasti enggak bisa ya jadi hak milik. Dia cuma bisa HGU, terutama untuk perkebunan dan sumber daya alam. Tapi memang meski tetap akan habis, HGU jangka waktunya cukup lama, dimana berdasarkan undang-undang bisa sampai 90 tahun. Contohnya kontrak karya Freeport yang sudah puluhan tahun</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Menurut pantauan Walhi, kenapa lahan kita bisa lebih banyak yang dikuasai oleh korporasi?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Itu awalnya karena model pembangunan zaman Soeharto, yang menerapkan trickle down effect. Mereka mengharapkan bisnis besar bisa mendorong perekonomian. Tapi kenyataannya model seperti itu gagal memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Yang terjadi malah korporasinya yang semakin kaya. Masyarakat justru semakin termarginal, dan tidak mendapatkan keuntungan dari korporasi. Ini memang harusnya diubah oleh pemerintah. Harus ada pemerataan. Jadi penguasaan total itu tidak boleh lagi diberikan kepada korporasi. Bahkan, korporasi yang ada sekarang, yang HGU-nya mau habis jangan diperpanjang. Setelah habis dia harus diredistribusi lagi kepada rakyat. Karena itu adalah amanat Undang-Undang Reformasi Agraria. Tapi sampai saat ini belum terjadi.</span></div>
</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Praktik penguasaan lahan oleh korporasi itu kan terjadi di era Soeharto. Nah setelah reformasi apakah tidak ada perbaikan?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Justru setelah reformasi, setelah Indonesia masuk perangkapnya IMF itu justru semakin parah. Resepnya mereka kan liberalisasi ekonomi dan privatisasi. Makanya, dengan dorongan IMF ini unit-unit usaha negara yang menguasai hajat hidup orang banyak itu diprivatisasi. Misalnya privatisasi perusahaan air, lalu penjualan aset BUMN. Itu sebetulnya dampak dari utang kita kepada IMF. Akibatnya liberalisasi semakin besar, peran negara dikurangi, sementara peran swasta diperluas. Dan itu berujung kepada penguasaan melalui berbagai perizinan.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di era Presiden SBY apakah masalah itu tidak diperbaiki juga?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di era SBY masalah ini masih terus terjadi. Pemberian konsensi kepada korporasi masih terus berjalan. Bahkan sampai sekarang juga masih terjadi. Tapi kalau kita lihat, sekarang untuk sumber daya alam itu agak berkurang. Sejak periode akhir SBY dia memang memberlakukan moratorium pemberian izin baru di sektor perhutanan. Jadi di zaman Jokowi ini memang relatif tidak terlalu banyak lagi izin-izin di hutan. Hal itu juga tidak lepas dari adanya komitmen Indonesia untuk menurunlan emisi yang mengakibatkan perubahan iklim. Moratorium itu ditandatangani 2011 oleh SBY, dan itu dilanjutkan terus di periode Jokowi. Jadi tidak ada lagi izin-izin di hutan alam dan hutan gambut.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau berdasarkan pantauan Walhi, ada korporasi yang HGU-nya mau habis tapi akan diperpanjang pemerintah enggak?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pasti ada. Tapi problemnya informasi soal HGU itu tidak pernah dibuka kepada publik. Karena informasinya dirahasiakan, akibatnya di beberapa tempat seperti daerah transmigrasi, di mana masyarakat harusnya mendapat sertipikat hak atas tanah, justru tidak mendapatkannya dan tahu-tahu sertipikatnya sudah jadi HGU dari BPN. Proses pemberian HGU di BPN ini tidak pernah transparan, perusahaan yang diberi HGU tidak pernah dibuka oleh mereka. Makanya kami suka tidak tahu mana yang masih lama, dan mana yang sudah mau habis. Harusnya yang sudah habis itu dikembalikan kepada negara, dan negara memberikannya kepada rakyat. Tapi yang sering kali terjadi itu HGU habis, tapi diberikan kepada perusahaan lain. Akibatnya penguasaan terus terjadi, dan hal ini juga kerap jadi penyebab timbulnya konflik. Karena dulu ketika proses mau memberikan HGU masyarakatnya tidak diberitahu. Tahu-tahu wilayah mereka sudah jadi haknya perusahaan, sehingga mereka harus diusir di mana pengusirannya sering menggunakan aparat.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau menurut Walhi kenapa pemberian HGU rahasia begitu?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ya kami enggak tahu juga kenapa pastinya. Tapi dugaannya bisa saja ada deal-deal tertentu, sehingga harus dirahasiakan. Ini memang hal yang penting untuk diselidiki, kenapa HGU itu bisa keluar tanpa masyarakat tahu, tanpa ada proses yang transparan. Di Indonesia peta-peta HGU itu tidak terbuka bagi publik. Sangat sulit bagi masyarakat untuk mengaksesnya. Kondisi seperti ini biasanya yang membuka peluang bagi aparat untuk korupsi.</span></div>
</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saran dari Walhi terkait masalah ini?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saran dari kami memang pemerintah harus segera melakukan reformasi agraria yang benar. Khususnya untuk di wilayah-wilayah yang izinnya tumpang tindih. Rakyat harus mendapatkan haknya kembali. Harus ada pengurangan lahan yang dikuasai oleh korporasi, mengingat kondisinya yang terlalu jomplang. Banyak warga negara kita yang tidak punya tanah. Harusnya mereka yang berhak untuk menguasainya, bukan malah segelintir orang. Di pemerintahan Jokowi sekarang justru sangat mudah mendapat izin untuk investasi. Tapi kalau buat warga pribadi justru malah sulit, dan berbelit-belit. Ini yang harus diperbaiki. Revolusi mental harusnya dimulai dari sini, bukan privat sector yang sejak dulu sudah diperlakukan sebagai anak emas. Kalau pemerintah memang pro kepada rakyat, harusnya memang rakyat yang diutamakan.</span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tapi kalau begitu bukannya bisa menghambat investasi?</span></b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ini memang yang menjadi kontradiksi ya. Kalau lihat nawacita katanya presiden sangat pro kerakyatan. Tapi di sisi lain dia memberikan peluang yang lebih besar untuk investasi, daripada masyarakat sendiri. Dia seolah tidak percaya dengan kekuatan rakyat. Padahal kalau dari pengalaman kami banyak ekonomi rakyat yang berhasil.</span></div>
</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="http://www.rmol.co/read/2018/03/26/332457/Yaya-Nur-Hidayati:-Lahan-Kita-Itu-82-Persen-Atau-159-Juta-Hektare-Sudah-Dikuasai-Korporasi-Asing-Dan-Domestik-">RMOL</a></span></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-10318147431455154942018-03-15T00:06:00.001+00:002018-03-15T01:20:11.078+00:00Sri Mulyani, Tumpukan Utang dan Kegenitan Hoax<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh Djony Edward</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Beberapa waktu lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyindir sangat upaya provokasi pihak tertentu terkait tingginya nominal utang Indonesia. Padahal utang tersebut menurut Menkeu masih dalam batas-batas aman dan terkontrol, sementara banyak pihak menganggap sudah masuk taraf berbahaya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-QlU7AMqD8_U/Wqmw_7KnZzI/AAAAAAAABqU/ByqgaAwWft4FM3WnVFbHVOprCdpT6QsYACLcBGAs/s1600/Sri-Mulyani-utang-hoax.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><img border="0" data-original-height="401" data-original-width="696" height="184" src="https://3.bp.blogspot.com/-QlU7AMqD8_U/Wqmw_7KnZzI/AAAAAAAABqU/ByqgaAwWft4FM3WnVFbHVOprCdpT6QsYACLcBGAs/s320/Sri-Mulyani-utang-hoax.jpg" width="320" /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Menurut Menkeu, pihak-pihak yang mencoba memprovokasi masyarakat dengan isu naiknya utang Indonesia di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo tidak melihat konteks ekonomi secara utuh. Bahkan Sri menyetarakan para provokator itu sebagai penyebar hoax utang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pengelolaan keuangan negara, menurut Menkeu, selalu dengan prinsip Undang-Undang, mampu menjadi instrumen menyejahterakan rakyat. APBN itu instrumen, bukan tujuan, utang itu adalah instrumen, alat. Kalau sekarang ada yang mengatakan utang meningkat secara nominal disebutkan mendekati Rp4.000 triliun (kini sudah Rp4.950 triliun), Indonesia sudah akan runtuh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Padahal kalau bandingkan utang, secara nominal tertinggi seperti Jepang dan Amerika,” kata Sri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Undang-Undang kita jelas, menurut Sri, kita tidak boleh utang lebih dari 60% dari produk domestik bruto (PDB). “Bagi mereka yang mau memprovokasi, buat hoax, menghasut, hanya melihat nominal utangnya, tak melihat seluruh ekonominya, tak melihat APBN-nya, tak melihat konteks ekonomi,” imbuh Sri Mulyani, dalam acara Dialog Nasional 8 bertema Indonesia Maju di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Minggu (11/3).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sri menyatakan masyarakat jika ingin mengukur kondisi ekonomi Indonesia harus melihat seluruh tolok ukurnya. Di antaranya rasio utang terhadap PDB dan ratio utang terhadap kemampuan bayar. Serta pertumbuhan ekonomi, turunnya gini ratio dan pembangunan infrastruktur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Tapi itu tak disebut oleh pembuat (provokasi), mereka sengaja, menyebut angkanya saja untuk menakut-takuti. Sebetulnya mereka tahu tentang APBN,” sebutnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dalam Dialog Nasional ini juga menghadirkan pembicara Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, diikuti oleh mahasiswa dari berbagai kampus dan Forkompimda DIY.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Kritik kontrol publik</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sampai di sini Menkeu memang tidak bisa membedakan antara kritik dan provokasi, antara hoax dan hasutan. Sri memandang semua rakyat Indonesia adalah bawahannya, sehingga jalan pikirnya harus mengikuti jalan pikiran sang Menkeu. Jika yang tak sejalan dengan jalan pikirnya, maka disetarakan dengan provokasi, hoax dan hasutan. Di sinilah kelemahan cara pandang Sri Mulyani.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Padahal pesan yang disampaikan para pengritik itu lebih kepada mewanti-wanti agar jangan sampai Menkeu kebablasan memerangkap APBN dengan utang. Saat ini saja prioritas terbesar APBN adalah membayar utang, jadi pantas kalau kebijakan Menkeu memperbesar utang mendapat kritik dan perhatian lebih dari stakeholder bangsa ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Satu hal yang juga perlu dikritisi terhadap Menkeu Sri adalah, yang memahami secara komprehensif soal utang tak hanya dirinya, tapi juga stakeholder bangsa ini memahami benar seluk-beluk, bahkan potret yang lebih luas soal utang. Dan semua analisis itu ada basis berpikir dan data rujukannya.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebagai contoh Nugroho Prasetyo, seorang netizer menulis utang dengan tema ‘Debt Trapt’ atau ‘Jebakan Utang’, analisisnya faktual dan memberi warning soal bahaya utang China.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Nugroho mengutip buku ‘China’s Private Army: Protecting the New Silk Road’ karya Alessandro Arduino (15 Desember 2016). Disebutkan dengan jelas, bahwa instrumen yang dipergunakan RRC dalam penaklukan sebuah wilayah adalah <i>debt trapt</i>. Indonesia sudah masuk jebakan <i>debt trapt.</i> Artinya, Indonesia sudah terjebak skema neo-kolonialisme yang dijalankan RRC tersebut. Penjajahan lewat perangkap utang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Menurut Llyota dan Llyod, <i>threats</i> atau ancaman dapat terjadi jika ada <i>intention</i> (niat) yang didukung oleh <i>circumstances</i> (situasi dan kondisi yang mendukung), serta diperkuat dengan <i>capability</i> (kemampuan) dan <i>vehicle</i> (prasarana) untuk mewujudkan sebuah serangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Rumusnya, menurut Nugroho T = I + C + C + V. Sesuai ‘dalil ancaman’ tersebut, ICCV (<i>intention, circumstance, capabilitas, vehicle</i>) <i>debt trapt</i>-nya RRC terbukti telak. RRC adalah ancaman serius bagi Indonesia, bukan sahabat sejati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bahkan, secara tersirat, mantan Presiden Soekarno pun pernah mengungkapkan demikian. Hanya orang-orang yang kehilangan rasa hayat sejarah yang berani menyatakan Khubilai Khan adalah kawan seiring Raden Wijaya. Orang-orang semacam itu biasanya tuna sejarah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hari ini, kita butuh ‘suksesor Kertanegara’ dan ‘Raden Wijaya’, yang dengan gagah berani menghadang pengaruh Dinasti Yuan yang kala itu melumuri hampir seluruh daratan Asia. Persis pengaruh pemerintah RRC saat ini yang menyerbu negara-negara di Asia dan Afrika dengan serangan asimetri (proxy war) yang sangat taktis dan sulit dielakkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Hanya dengan hati singa, kita bisa menghadapi RRC,” jelas Nugroho.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sementara netizen lainnya, Tarli Nugroho, berpendapat bahwa kritik merupakan bentuk kontrol publik terhadap kekuasaan. Jadi, sangat tidak elok jika Menkeu sampai membuat framing seolah kritik yang berkembang terkait utang pemerintah adalah sebentuk provokasi, atau bahkan hoax. Apalagi, kritik itu disebutnya disampaikan oleh orang yang mengerti anggaran.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Selama tiga tahun era Pemerintahan Jokowi, perekonomian kita memang hanya bisa tumbuh di limit kurang lebih 5%. Namun, pada saat bersamaan, pertumbuhan utangnya mencapai 13% hingga 14% per tahun. Itu statistik yang sangat mencolok. Sehingga, jika ada yang mengkritik pemerintahan sekarang ini terlalu agresif dalam berutang, penilaian itu sama sekali tidak keliru.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apalagi, jika kita melihat angka, selama tiga tahun pemerintahan Jokowi, hingga akhir Januari 2018 kemarin, utang kita telah bertambah sebesar Rp1.354 triliun. Sementara, sebagai pembanding kasar, selama dua periode pemerintahan SBY, artinya selama sepuluh tahun berkuasa, ia hanya menambah utang sebesar Rp1.400 triliun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Apologi Sri Mulyani agar kita jangan hanya melihat nominal utang, tapi juga membandingkannya dengan PDB kita yang kini telah menembus angka US$1 triliun, sayang sekali menurut Tarli bukanlah cara berkelit yang cerdik. Apalagi saat ia membandingkan rasio utang terhadap PDB hari ini yang masih lebih kecil jika dibanding dengan rasio utang terhadap PDB pada tahun 2004 yang mencapai 57%.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pembandingan semacam itu justru menjadi blunder, karena bagi mereka yang melek data, persis di situ capaian positif pemerintahan SBY yang berhasil menurunkan rasio utang secara kasat mata jadi melorot lagi di zaman Jokowi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Selama dua periode pemerintahan SBY, ia berhasil menurunkan rasio utang terhadap PDB dari angka 57% menjadi tinggal 24% saja pada 2014. Sayangnya, rasio itu kembali naik sejak Jokowi berkuasa. Tahun 2017, rasionya bahkan telah berada di angka 34,82%.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Menkeu juga sering berdalih jika rasio utang kita terhadap PDB masih lebih kecil jika dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai 56,22%, Amerika Serikat yang mencapai 107%, ataupun Jepang yang bahkan mencapai 239,27%. Pembandingan semacam itu sebenarnya menyesatkan, karena tidak memperhatikan kemampuan bayar yang berbeda-beda dari negara-negara tadi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebab, jangan lupa, setiap negara memang berbeda kasusnya dalam soal rasio utang ini. Apalagi, belajar dari krisis utang Eropa, rasio utang sebenarnya bukan merupakan indikator yang pas untuk mengukur kemampuan perekonomian sebuah negara. Belgia dan Italia, misalnya, rasio utangnya terhadap PDB di atas 100%, namun mereka tidak menjadi pasien IMF. Sebaliknya, Irlandia dan Spanyol yang rasio utangnya 40% terhadap PDB, keduanya malah jadi pasien IMF.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di Asean, rasio utang Thailand memang tinggi dari Indonesia, tetapi di sisi lain rasio pajak mereka juga jauh lebih tinggi jika dibandingkan Indonesia. Sehingga, kemampuan bayar mereka terhadap utang menjadi lebih tinggi dari kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Begitu juga dengan Jepang. Meski rasio utang mereka sangat tinggi, namun rasio tersebut sangat aman karena lebih dari 90% utang tersebut berasal dari dalam negeri. Apalagi, sebagian besar surat utang pemerintah dipegang oleh Bank Sentral Jepang sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jadi, kalau ingin melakukan pembandingan rasio utang, jangan membandingkan rasio utang kita saat ini dengan Malaysia, Amerika, atau Jepang. Sebab itu tidak <i>apple to apple</i>, tapi bandingkanlah rasio utang kita hari ini dengan rasio periode sebelumnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Di tengah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang tentu akan segera berdampak terhadap jumlah utang, jumlah bunga dan jumlah cicilan utang yang semuanya harus kita bayar menggunakan dolar. Menganggap kecil masalah utang bukanlah bentuk penyikapan yang sehat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">“Saya kira Bu Menteri juga sangat menyadari hal itu. Beliau mungkin hanya belum bisa menerima kenyataan kenapa tantangan berat ini harus ia hadapi persis sesudah orang-orang dari mancanegara menganugerahinya gelar menteri keuangan terbaik sedunia,” kata Tarli.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jika sudah begini sekarang menjadi terang benderang mana itu kritik, mana itu provokasi, mana itu hasutan, dan jangan-jangan tuduhan hoax itu hanyalah kegenitan Sri Mulyani saja. Beban berat memikul anggaran yang dipaksakan demi pembangunan infrastruktur itu akan menjelaskan pada akhirnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bahwa kita makin mempertegas manajemen keuangan negara ‘lebih besar pasak daripada tiang’. Dan kekurangannya diganjal dengan utang. Di sinilah tantangan kreativitas Sri Mulyani akan diuji, karena financial engineering untuk menutupi kekurangan APBN sangat banyak dan kompleks. Tapi, lagi-lagi, sejak 2004, Sri Mulyani hanya menyuguhkan utang, utang dan utang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sekarang jelas sudah beda antara Sri Mulyani, utang, kritik dan kegenitan hoax itu.</span></div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://nusantara.news/sri-mulyani-tumpukan-utang-dan-kegenitan-hoax/">NUSANTARA NEWS</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-42139952616802306562018-01-26T16:18:00.001+00:002018-02-11T14:23:18.290+00:00Mata Najwa atau Kata Najwa?<div style="text-align: justify;">
Oleh: Iramawati Oemar<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-qRsK23AwbAk/WoBRUM342aI/AAAAAAAABpM/t6tkvXYGDYguNAD3GafMeUAFA_JpS91UwCLcBGAs/s1600/Mata%2BNajwa%2Batau%2BKata%2BNajwa_27067.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="307" data-original-width="479" height="205" src="https://3.bp.blogspot.com/-qRsK23AwbAk/WoBRUM342aI/AAAAAAAABpM/t6tkvXYGDYguNAD3GafMeUAFA_JpS91UwCLcBGAs/s320/Mata%2BNajwa%2Batau%2BKata%2BNajwa_27067.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Acara Mata Najwa dan Kick Andy termasuk 2 program Talk Show yang dulu selalu saya ikuti. Keduanya punya gaya yang berbeda. Najwa Shihab – yang selalu menyebut dirinya “tuan rumah” Mata Najwa – selalu tampil khas dengan gaya bertanya yang menyelidik, mengulik segala sisi “tamu”nya secara mendalam, terkadang mencecar dan memberikan pertanyaan pancingan. Semua itu sah-sah saja, sepanjang masih proporsional dan tidak emosional.<br />
<br />
Tetapi, ketika memasuki tahun politik 2014, Najwa semakin menunjukkan ciri khasnya itu ternyata tebang pilih. Perlakuannya pada tamu tidaklah seragam, ada yang sengaja disanjung, ada pula yang habis-habisan dijatuhkan. Salah satu – eh salah dua – episode Mata Najwa (ketika masih tampil di stasiun Metro TV) yang bisa jadi perbandingan betapa bak langit dan bumi sikap Najwa sang tuan rumah kepada tamunya adalah episode ketika Najwa mengundang Megawati Soekarno Putri dan ketika mengundang Angel Lelga.<br />
<br />
Januari 2014, empat tahun yang lalu, Megawati diundang Mata Najwa. Saya menantikan tayangan ini, sebab penasaran banget, ingin tahu bagaimana Megawati berdialog dengan Najwa yang ceriwis, mencecar, menyelidik bahkan memojokkan. Sedangkan Mega dikenal sebagai sosok yang tertutup pada pers, bicaranya biasanya searah ketika di forum partainya.<br />
<br />
Ternyata, yang saya saksikan di acara Mata Najwa, gaya sang tuan rumah jadi berbeda. Nana berdiri dari kursinya, menyambut kedatangan Megawati. Bahkan suasana di studio pun seakan disetting untuk sang tamu istimewa yang dihormati. Rekaman yang diputar sebagai pelengkap acara adalah testimonial dari Surya Paloh – boss nya Najwa di Metro TV – yang mengenal Megawati dan tentu saja memberikan pujian kepada Mega. Di kursi penonton, duduk Rano Karno berdampingan dengan Joko Widodo, keduanya Gubernur Banten dan Gubernur DKI saat itu, sekaligus kader partainya Mega. Hadir pula Puan dan beberapa politisi PDIP. Ibaratnya sang tamu hadir dikawal suporter.<br />
.<br />
<a name='more'></a><br />
Sepanjang sesi acara, tak sekalipun Najwa menampakkan sikap memojokkan. Dia justru tampil sangat santun, malah kelihatan sedikit “inferior” jika dibandingkan dengan gaya Najwa biasanya, di hadapan tamu lainnya. Najwa seperti memposisikan dirinya di bawah Megawati. Najwa seolah sedang mewawancarai “boss”nya. Dengan situasi seperti ini, jelas Megawati merasa nyaman dan tetap bisa menjawab tiap pertanyaan dengan gayanya seperti biasa. Meski agak lambat dalam menjawab, tak sekalipun Najwa mendesak, apalagi memotong. Bahkan ada pertanyaan yang tak mau dijawab Mega, Najwa pun tak mendesak sama sekali, dia bahkan kemudian mengalihkan ke pertanyaan lain.<br />
<br />
Beda banget ketika Najwa mengundang Angel Lelga. Kehadiran Angel Lelga di acara Mata Najwa karena keikutsertaannya dalam pesta politik, Pemilihan Umum tahun 2014, sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari PPP. Angel maju sebagai caleg dari derah pemilihan Jawa Tengah V, satu dapil yang sama dengan Puan Maharani, putri Megawati. Disini Najwa tampak “garang” menghabisi Angel. Pertanyaan-pertanyaan menohok terus dilemparkan, meski Angel sudah jelas sejak awal tampak kedodoran dalam menjawab, namun tak sedikitpun Najwa menunjukkan belas kasihan. Najwa makin tampak superior dihadapan tamunya yang jelas tidak selevel dengannya dalam hal adu argumen. Sebenarnya, tanpa tampil mencecar pun, pemirsa sudah bisa menilai kapasitas Angel Lelga, kalau itu yang hendak ditunjukkan Najwa.<br />
<br />
Banggakah Najwa jika dia terlihat superior dan hebat dihadapan seorang Angel Lelga? Ibarat seorang mahasiswi jurusan ilmu komunikasi politik semester 5 berdebat dengan anak SMP kelas 1. Kalau pun menang, si mahasiswi tak akan tampak hebat. Sebaliknya, si bocah SMP tak akan dikatakan bodoh. Sebab keduanya tidak selevel. Sebagai jurnalis kawakan yang sudah berkali-kali tampil menghadapi politisi senior, seharusnya Najwa malu kalau dia menghadapi Angel Lelga dengan menggunakan peluru yang sama dengan peluru yang dipakainya “menembak” politisi yang sudah malang melintang di Senayan. Seharusnya Najwa tahu, lawan yang dihadapinya kelas apa (kalau diibaratkan ring tinju), sehingga dia tak perlu memboroskan jab-jab dan pukulan ekstra keras hanya untuk meng-KO-kan lawan yang memang tak seimbang bobotnya.<br />
<br />
Bahkan kalau mau uji nyali sekaligus menguji kepiawaiannya mengulik segala sisi nara sumber, seharusnya pada saat menghadapi Megawati lah Najwa harus mampu tampil superior, harus bisa mendesak Megawati menjawab semua pertanyaannya, termasuk kalau Mega tak mau menjawab. Dari 2 episode ini – Megawati dan Angel Lelga – sebenarnya kita sudah bisa menilai kualitas Najwa Shihab sebagai host dan juga “arah” dari acara Mata Najwa.<br />
<br />
Saya pikir setelah pindah stasiun TV, program Mata Najwa akan berubah format dan style. Ternyata dugaan saya keliru. Najwa justru makin menunjukkan “kualitas” yang sebenarnya. Betul memang Najwa selalu tampil mencecar, tapi ketika menghadapi Anies Baswedan cecaran Najwa sudah tak lagi proporsional bahkan sudah over dosis. Betapa tidak, pertanyaan yang dia lontarkan belum selesai di jawab Anies, Najwa sudah memotong dan mengajukan pertanyaan lain. Itu terjadi berulangkali bahkan nyaris setiap kali Anies menjawab, baru setengah jalan, sudah dipotong dan “dipaksa” untuk disimpulkan seperti maunya Najwa. Padahal, untuk setiap pertanyaan Anies selalu menjawab spontan, GPL alias gak pake lama, tanpa butuh waktu berpikir sambil “eh…, eh…, anu…”.<br />
<br />
Simpulan yang dibuat Najwa untuk setiap jawaban Anies, bukanlah simpulan dari penjelasan Anies, melainkan simpulan yang ada di benak Najwa, simpulan yang sudah disiapkan sejak awal. Bahkan meskipun Anies menjelaskan ‘A’, Najwa tetap berusaha mengarahkan kesimpulan menjadi ‘B’. Untunglah Anies berjiwa petarung, dia bertahan, Anies terus melanjutkan argumennya dan menolak digiring Najwa untuk meng-iya-kan simpulan ‘B’ yang dipaksakan disodorkan Najwa. Najwa tidak lagi mencecar tapi memaksa agar tamunya menjawab sesuai keinginannya. Bagaimana mungkin untuk sebuah pertanyaan yang butuh penjelasan, eeeh…, ketika dijelaskan malah dipotong dan ditimpa pertanyaan lain.<br />
<br />
Untunglah yang jadi tamu Anies Baswedan, dia hanya sedikit menegur Najwa dengan sepenggal kalimat singkat “eh, anda gak boleh begitu”. Coba kalau yang duduk di kursi Anies itu Ahok, kemudian merasa dicecar oleh host, bisa jadi sudah dimaki-maki dengan kata-kata kasar si host. Kelihatan sekali ada unsur emosional yang sangat besar porsinya, turut ambil bagian dalam penampilan Najwa Rabu malam lalu.<br />
.<br />
Bandingkan dengan saat Najwa mewawancarai Tri Rismaharini, Ridwan Kamil, BJ. Habibie, dll, sebagai tamu di acara Mata Najwa sekitar 4 tahun lalu. Akan tampak sekali bedanya. Silakan dicari di youtube rekamannya, semoga masih ada.<br />
<br />
Saat mewawancarai Anies Baswedan, Najwa kelihatan “kalap”. Bahkan sempat beberapa kali dia bertindak sebagai provokator ketimbang host. Semestinya, jika Najwa percaya diri bahwa acaranya adalah tontonan berkelas dengan pertanyaan dan argumen berbobot, maka tentulah segmen pemirsanya dari kalangan “well educated”, pemirsa cerdas, yang tidak perlu diarahkan pemikirannya, tidak perlu didikte untuk membuat simpulan. Serahkan saja pada pemirsa untuk menyimpulkan. Tindakan Najwa yang memaksakan menyimpulkan hampir setiap jawaban Anies, dengan kesimpulan sumir, justru jadi point negatif bagi acara Mata Najwa episode 100 hari Anies Sandi. Apalagi menghadapi Sandi yang cool, Najwa langsung gagal total jadi provokator.<br />
<br />
Pada sesi terakhir, Najwa menampilkan beberapa kutipan pernyataan Anies dan Sandi semasa kampanye, lalu segera diikuti tanya “apakah sekarang masih sama sikapnya?!”<br />
<br />
Wah, tentu ini akan sangat menarik kalau Najwa bisa mengundang Presiden Joko Widodo.<br />
<br />
Bisa ditayangkan cuplikan janji kampanye : akan menyetop hutang luar negeri jika terpilih jadi presiden. Apakah masih sama sikapnya?!<br />
<br />
Akan mempersulit investasi asing, apakah sekarang masih sama sikapnya?!<br />
<br />
Akan membuka 10 juta lapangan kerja, apakah sekarang masih sama sikapnya, terutama menyikapi maraknya tenaga kerja asal negeri tirai bambu yang bekerja di level unskilled worker?!<br />
<br />
Sedih jika mendengar impor pangan, apakah masih sama sikapnya?!<br />
<br />
Tidak akan bagi-bagi jabatan, apakah sekarang masih sama sikapnya?!<br />
<br />
Melarang menterinya rangkap jabatan, apakah sekarang masih sama sikapnya?!<br />
<br />
Nah, beranikah Najwa sebagai jurnalis dengan gaya khasnya bertanya begitu kepada pak Jokowi?!<br />
Rasanya, saya sudah tahu jawabnya!<br />
<br />
Alhasil, dengan kemunculan Mata Najwa pada Rabu malam kemarin, makin memperjelas “arah” dari program tersebut. Mungkin justru akan lebih menguntungkan kalau acara itu “dikomersiilkan” sekalian. Sekedar usul saja, terlanjur menuai hujatan, sindiran, mending sekalian dapat untung dari sisi materi. Ini kan sudah masuk tahun politik, sekalian “jual” saja program acara Mata Najwa kepada para politisi berduit atau partai politik. Siapa tokoh yang hendak “dijatuhkan” atau siapa tokoh yang hendak “dinaikkan”. Najwa tinggal membuat daftar pertanyaan. Dia bisa tampil seperti ketika menyerang Angel Lelga, atau sebaliknya seperti ketika memunculkan Megawati.<br />
<br />
Bagaimana Mbak Nana? Toh untuk dijual sebagai program acara yang bernilai jurnalistik, acara Mata Najwa sudah terlanjur “cacat” karena cara Najwa yang keluar dari prinsip jurnalisme.<br />
<br />
Mungkin ada satu pertanyaan yang perlu dijawab Najwa Shihab : anda mengundang tamu hadir ke acara anda untuk didengarkan, ataukah anda mengundang tamu untuk mendengarkan sang tuan rumah ngoceh? Kalau anda hanya butuh didengarkan, buat saja program bertajuk “KATA NAJWA”.<br />
<div>
<br /></div>
</div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-84322358678822148782017-12-25T17:30:00.000+00:002018-11-03T05:17:33.852+00:00Ilusi Duet Jokowi - Ahok<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh Sri Bintang Pamungkas</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebenarnyalah Jokowi sekarang ada dalam posisi tersudut. Semenjak mitranya Basuki "Ahok" Purnama jatuh dua kali, kalah Pilkada dan menjadi terpidana, Xi Jinping tidak lagi memedulikannya. Apalagi sesudah Ahok masuk bui, sekalipun entah sembunyi di mana..., Jokowi ada dalam situasi "runcing tanduk"... Apa saja yang diperbuatnya, masyarakat menanggapinya negatif... blusukan pakai sepeda motor... meresmikan becak-ayu khas Solo... atau apa pun! Masyarakat menganggap Jokowi adalah masalah, bukan yang lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Memang awalnya Luhut tidak peduli Ahok tersungkur. Bahkan dia beruntung bisa menggantikannya! Maka Luhut pun mencabut Moratorium Reklamasi, seakan pernah belajar Teknik Kelautan... dan dengan mencatut nama ITB. Tetapi setelah seribuan Alumni ITB menolak Reklamasi 17 Pulau, Luhut mulai terhenyak. Dan sesudah hampir semua perguruan tinggi dari Sabang sampai Merauke ikut menolak, termasuk UI, ITS, IPB, Unpad, UGM, Unsyah, Unhas, Unpati dan Uncen, Luhut mulai menoleh ke kiri dan ke kanan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ketika kemudian Anies-Sandi mengatakan: "Sudah final! Kami hentikan!", maka tidak ada yang bisa dikatakan Luhut, kecuali: "Silahkan saja... Saya tidak punya kepentingan!".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Yang kemudian pingsan adalah Jokowi... Dia kehilangan sandaran. Akhirnya Jokowi terpaksa ikut arus: "Saya juga tidak pernah kasih izin...!" Sekalipun Pak Joko lupa, pernah menandatangani Pergub, tanpa membaca isinya, tentang "Aturan Perijinan"... Sambil terus berpikir, bagaimana menyelamatkan diri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Joko pun menengok ke kiri dan kanan. Masih banyak "akal bulus" yang masih bisa dibuatnya. Ahokers dan Jokowers masih cukup banyak... Juga pengkhianat-pengkhianat kecil... dan yang terus-menerus menyembunyikan Ahok, orang bilang "wereng coklat", pun tetap terus bersiaga! Dan masih bisa terus menangkapi para aktivis pribumi yang melawan rejim untuk membikin mereka jera. Yang penting bagi Joko sekarang bagaimana bisa memasuki 2018 tanpa tersandung, sambil terus blusukan mencari muka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Menko Maritim memang serba bisa... Sekarang dia mengurusi juga bisnis properti... bukan cuma satu-dua gedung, tapi sebuah kota... kota modern. Kemarin meresmikan pemasangan puncak dua Menara Meikarta, sebuah China Town yang disiapkan untuk para Hoa-Kiauw seantero dunia... Meikarta dirancang pula menjadi semacam refugee camp bagi para pengungsi kerusuhan semacam Mei 98, sewaktu-waktu terjadi lagi. Tapi sekaligus juga dilengkapi dengan persenjataan seperti sebuah benteng dan tempat latihan militer..., maka siaplah dia menjadi Fort Meikarta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Maka Jokowi tidak terlalu berkecil hati... Sekiranya waktu terus berpihak kepadanya, banyak hal bisa dibikin. Fort Meikarta masih bisa terus berjalan... Reklamasi 17 Pulau pun baru dihentikan... belum sampai dihancurkan atau ditenggelamkan. Yang sekarang ada masih bisa "dinegosiasikan". Apalagi kalau Anies-Sandi setuju dengan "referendum", maka Reklamasi 17 Pulau masih punya harapan untuk dilanjutkan. Chinese uber Alles masih bisa dipertahankan. Sekarang tinggal bagaimana "akal bulusnya" Wong Sala...!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hanya satu-dua yang mengkhawatirkan Jokowim yaitu kalau para Mafia Cina ini kehabisan cash flow, dan membayang rasa takut pada risiko terburuk... terusir dari Indonesia... Kekhawatiran kalah, lalu berbalik melawan segala kekacauan yang dibuat Joko-Ahok selama tiga tahun ini... khususnya para Cina WNI yang mau hidup tenang, damai dan berdampingan dengan pribumi, orang Indonesia Asli. Terjungkalnya Ahok memang membikin bayang-bayang ketakutan kepada mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lalu ekonomi juga memburuk... Gembar-gembor tentang Cina bakal menguasai Indonesia dan mengusir Pribumi lewat duet Joko-Ahok ternyata ilusi. Dengan memburuknya ekonomi, selain cash flow macet, kerusuhan Mei dan Jakarta terbakar juga mulai membayang. Donald Trump pun sudah curiga, tidak akan menerima suaka lagi Cina-cina dari Indonesia. Bahkan yang sudah tinggal di AS pun dituduh menipu, dan dihukum untuk pulang... pulang ke mana?! Indonesia jelas lebih baik daripada RRC. Tapi...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ratusan triliun sudah telanjur diinvestasikan untuk persiapan menampung dan menggaji saudara-saudara mereka sesama Cina dari RRC. Terutama tersedot di Reklamasi 17 Pulau, Fort Meikarta Kereta Api Cepat Cina, Tol Laut, Proyek-proyek Industri, dan lain-lain infrastruktur, termasuk apartemen dan rumah-rumah susun untuk tempat tinggal Cina-cina Asing itu, menyediakan KTP Aspal, Paspor, menyuap pejabat, dll. Ternyata Indonesia masih belum bisa dikuasai seperti janji Joko-Ahok. Bahkan Jokowi sendiri bisa jatuh setiap saat mengikuti Ahok. Para menteri dan wakil rakyatnya pun sudah siap-siap hengkang, terlihat dari semakin meningkatnya perampokan terhadap uang negara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sehingga, sebetulnya, kekuasaan rejim Joko-Jeka dan para mafia taipan Cina ini sudah seperti "telor di ujung tanduk". Kalau Anies-Sandi segera menyatakan 17 Pulau Reklamasi akan ditenggelamkan dengan biaya para Mafia Pengembang, maka habislah sudah penguasaan mereka atas Nusantara. Sama seperti bangkrutnya VOC pada 1799.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">________</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Judul asli: PASCA JOKOWI 2017 | 5 November 2017 | Artikel telah disunting hanya pada ejaan dan tanda baca.</span></div>
<h3>
<a href="https://chirpstory.com/li/374124"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;">chirpstory</span></a></h3>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5706707845411751430.post-31924229921128452882017-10-13T18:08:00.001+01:002017-10-13T18:11:57.649+01:00Gubernur Anies Wajib Melawan Arogansi Luhut Panjaitan Soal Reklamasi<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-oUsJomaij6I/WeDxmF0tZ2I/AAAAAAAABn0/IEvuzqsTO9gI1jEop9u-3Uo_2sAYGVEPQCLcBGAs/s1600/anies%2Bvs%2Bluhut.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="727" data-original-width="1386" height="167" src="https://2.bp.blogspot.com/-oUsJomaij6I/WeDxmF0tZ2I/AAAAAAAABn0/IEvuzqsTO9gI1jEop9u-3Uo_2sAYGVEPQCLcBGAs/s320/anies%2Bvs%2Bluhut.jpg" width="320" /></a>
</div>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oleh Asyari Usman (wartawan)</span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dalam menghadapi langkah Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (LBP) yang mencabut moratorium reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta, Gubernur Anies Baswedan tidak punya pilihan kecuali melawan keputusan itu. Perlawanan itu harus dilakukan bukan hanya karena Anies-Sandi telah menjanjikan penghentian reklamasi, tetapi yang lebih esensial lagi adalah karena Pak LBP melakukan 'bullying tactic' (main gertak) terhadap Gubernur terpilih.</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Penerbitan keputusan pencabutan moratorium yang diiringi oleh arogansi Pak LBP itu, wajib dilawan oleh Anies-Sandi. LBP menggunakan bahasa bully yang meremehkan posisi Gubernur terpilih. Cara ini tidak bisa didiamkan. Pertarungan melawan Pak LBP tentu sangat berat. Itu pasti! Tetapi, membiarkan kesewenangan Menko Kemaritiman itu terhadap otoritas kegubernuran Anies, akan lebih berat lagi konsekuensi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Berikut ini beberapa kutipan tentang arogansi Pak LBP mengenai reklamasi. Yang pertama, wawancara di acara 'AFD Now' di CNN (4/8/2017). Pak Luhut mengatakan, "Silakan saja tunjukkan resistensinya di mana. Saya enggak ada urusan."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Yang kedua, Pak Luhut menegaskan bahwa gubernur DKI Jakarta yang baru harus menerima keputusan pencabutan moratorium itu. "Haruslah. Kalau dia (Anies Baswedan, gubernur DKI Jakarta terpilih) tidak mau, kan banyak yang mau," kata Luhut (RoL, 6/10/2017)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Yang ketiga, Anies tak mau lanjutkan reklamasi. Ini komentar Pak Luhut, "Nggak ada itu gubernur. Keinginan itu dari atas. Bahwa ini sudah dilakukan kajian dengan benar. Kalau mereka bisa menunjukkan ada yang tidak benar," seperti dikutip detik.com edisi Senin (9/10/2017).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau Gubernur Anies tidak melawan, maka beliau tidak hanya akan dianggap enteng oleh Pak LBP tetapi juga akan dilihat remeh oleh semua orang. Kecuali wewenang Gubernur atas proyek reklamasi itu sudah dicabut oleh negara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-Pnna3YBciig/WeDx5PZ0seI/AAAAAAAABn4/DG_pkV3jslUrmChbrDUL960RI1BSzDxIQCLcBGAs/s1600/2240.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="420" data-original-width="681" height="197" src="https://4.bp.blogspot.com/-Pnna3YBciig/WeDx5PZ0seI/AAAAAAAABn4/DG_pkV3jslUrmChbrDUL960RI1BSzDxIQCLcBGAs/s320/2240.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ini soal dignity, soal martabat. Perlawanan harus ditunjukkan. Sekiranya menolak keputusan Pak LBP itu berakibat politis yang berat terhadap kegubernuran Anies-Sandi, sikap ini jauh lebih terhormat dibandingkan menerima dengan cara dipermalukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lagi pula, Anies-Sandi harus ingat bahwa mengiyakan proyek reklamasi yang seratus persen bermotif ketamakan komersial itu, bukan hanya merendahkan martabat Anda karena tunduk pada tekanan Pak LBP, tetapi juga berarti Anda bersaham menghancurkan sistem lingkungan kawasan Teluk Jakarta. Sebab, LSM-LSM lingkungan sepakat bahwa proyek reklamasi akan merusak matarantai kehidupan sekitar.</span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Yang tak kalah pentingnya adalah aspek keamanan nasional. Banyak pihak yang mencemaskan bahwa pulau-pulau reklamasi itu nanti bisa berproses menjadi 'negara dalam negara'. Sebab, dengan konsep pembangunan serba-mewah di ke-17 pulau itu, sudah bisa ditebak siapa yang mampu menjadi penghuninya.</span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Artinya, besar kemungkinan pulau-pulau tersebut, kelak, menjadi milik satu etnis tertentu saja yang selama ini dipahami sebagai pemilik kekayaan terbesar di Indonesia.</span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sangat dikhawatirkan 'negara pulau' ini akan menjadi basis berbagai kegiatan ilegal dan berbahaya yang 'tak bisa' dipantau oleh instansi-instansi keamanan nasional seperti kepolisian, bea-cukai, imigrasi, BNN, dinas kependudukan, bahkan TNI. Kita semua sudah pahamlah bagaimana, selama ini, oknum-oknum di semua instansi itu sangat mudah diajak 'berdamai' agar mereka tidak bertindak ketika ada pelanggaran hukum.</span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Pak LBP tentu bisa saja menepis kekhawatiran ini sebagai perasaan paranoid atau mimpi siang bolong. Tetapi, kita semua jangan sampai lupa bahwa etnis tertentu yang sudah terbiasa dengan tabiat 'closed society' (masyarakat tertutup) dan menghalalkan segala cara, besar kemungkinan akan membuktikan perasaan paranoid dan mimpi siang bolong itu menjadi kenyataan jika mereka dibiarkan menguasai 'negara pulau' di Teluk Jakarta.</span><br />
<br />
<a href="http://www.gelora.co/2017/10/gubernur-anies-wajib-melawan-arogansi.html">Gelora</a><br />
<div>
<br /></div>
</div>
vkusralhttp://www.blogger.com/profile/12901358908444644120noreply@blogger.com0