Saturday, 19 August 2017

Beda Tanggal, Beda Nasib: Antara Korea dan Indonesia

Korea Selatan - Indoensia, Image: fotolia.com
Indonesia dan Korea Selatan merdeka pada hari yang berdekatan. Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Korea Selatan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945. Hanya beda 2 hari. Korea Selatan yang dahulu lebih miskin dari Indonesia, sekarang lebih maju dan menempati jajaran papan atas negara maju.

Orang Korea tidak merayakan 15 Agustus-an seperti di Indonesia. Mereka hanya mengibarkan bendera. Sudah. Tidak ada umbul-umbul, spanduk, lomba-lomba, apalagi peringatan yang meriah berbiaya mahal. Apakah tanpa semua itu mereka disebut tidak cinta negaranya? Jawabannya, pasti tidak! Karena orang Korea, tidak ada yang tidak cinta negaranya. 

Jika di Indonesia di tiap kantor dipasang foto presiden dan wakil presiden, maka di Korea Selatan mereka hanya memasang bendera negaranya. Bagi mereka: "Siapapun presidennya, negaraku tetap Korea (Selatan)".

Setelah kemerdekaan Korea dari Jepang, mereka masih harus melewati fase perang saudara yang beralangsung pada 1950-1953. Akhirnya negara tersebut pecah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.


Masa Perang Korea, image: Encyclopedia Britannica
Sedangkan Indonesia pada 1953 sudah memulai pembangunan dengan apa yang disebut Program Banteng. Pada 1960-an, Indonesia merupakan negara terkuat se-Asia pasifik di bidang pertahanan militer. Korea Selatan baru mulai bangkit pada 1970-an.

Pesan dari Presiden Korea saat itu setelah perang saudara usai: "Let’s work harder and harder. Let’s work much harder not to make our sons and daughters sold to foreign countries.” _Mari kita bekerja lebih keras dan lebih keras. Mari kita bekerja lebih keras untuk tidak membuat anak-anak kita dijual ke luar negeri._

Dan kemudian ditutup oleh quote ini :_"Now, we promise that we will hand over a good country to our sons and daughters, we will give you the country worthy to be proud as well.” _Sekarang, kita berjanji bahwa kita akan menyerahkan sebuah negara yang baik untuk putra dan putri kita, kita akan memberikan negara yang layak untuk dibanggakan._

Terakhir, di sela Muktamar Muhammadiyah di Makassar pada 2015 silam terselip seorang peninjau asal Korea Selatan. Dia adalah Prof. Hyun Jun Kim. Orang ini menjadi ahli tentang Indonesia di negaranya. Pada kesempatan itu sebuah pertanyaan pendek diajukan kepadanya: "Apa kesan anda tentang manusia Indonesia"?

Tanpa berpikir terlalu panjang dan sembari mengulumkan senyum, Hyun Jun Kim mengatakan: "Orang Indonesia tak lagi tulus bersikap. Tak peduli elit atau rakyatnya, baik yang tinggal di kota atau di desa. Ketika melakukan suatu tindakan mereka selalu punya pamrih".

"Di depan semula memang ramah dan seolah ikhlas, dan berkata ya ya saja. Tapi sebetulnya dia punya tujuan atau tak ikhlas,'' katanya seraya mengatakan baru saja menemukan kata 'pamrih' itu dalam bahasa Inggris yakni intention.

Pemberangkatan jamaah haji Indonesia di Tanjung Priok, 1953.
Image: Wikimedia Commons,
Alhasil silakan anda berpikir sendiri apa yang sedang terjadi di Indonesia tercinta ini. Dan sebenarnya kalau kita mau, apa yang Korea Selatan dapatkan hari ini bisa juga kita raih.

Diadaptasi dari: Republika Online

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat!