Wednesday 13 September 2017

Libya: Sepuluh Hal Tentang Muammar Gaddafi yang Para pemimpin Barat Tidak Ingin Anda Tahu















Gelombang Arab Spring pada 2011 dengan dalih demokrasi yang dipaksakan oleh Barat telah meluluhlantakkan beberapa negara Timur Tengah. Bermula dari Tunisia dan Mesir menuju Libya dan Suriah. Di Suriah, misi Arab Spring oleh Barat terhenti dan mengalami gagal total. Tapi perang saudara belum kunjung usai hingga kini 2017. Sebelumnya bahkan Barat hendak menularkan Arab Spring ke negara-negara Asia seperti Korea Utara, Pakistan, Malaysia dan Indonesia.

Ada 4 kelompok yang saling berperang di Suriah, yaitu Tentara Suriah (Syrian Arab Army/SAA), ISIS, Al-Qaida dan Kelompok Pemberontak atau Oposisi (Free Syrian Army/FSA) yang didukung oleh tentara bayaran Amerika Serikat dan NATO.


Akibat Arab Spring pula, maka terjadi gelombang imigran besar-besaran dari Timur Tengah dan Afrika menuju Eropa.

Arab Spring telah memakan korbannya, yakni Muammar Gaddafi, Presiden Libya. Ia mati terbunuh dengan cara ditembak oleh seorang pemuda urakan pada 20 Oktober 2011 di Sirte. Sepeninggal Muammar Gaddafi, keadaan Libya bukan menjadi lebih baik. Alih-alih justru bertambah buruk dan kacau. Pasukan ISIS dan Al-Qaida merajalela berebut pengaruh. Libya telah berganti dari salah satu negara paling makmur di Afrika menjadi negara gagal.

Rakyat Libya boleh jadi banyak yang benci Gaddafi, tapi bukan tak mungkin banyak pula yang menyesali atas tumbangnya Gaddafi.

Lalu apa saja yang akan dikenang dari Gaddafi yang oleh sebagian orang dianggap sebagai seorang diktator, tiran bahkan disebut teroris oleh Barat?


1. Di Libya sebuah rumah dianggap sebagai hak asasi manusia


Dalam Buku Hijau Gaddafi, ia menyatakan: "Rumah adalah kebutuhan dasar, baik individu maupun keluarga. Oleh karena itu seharusnya tidak dimiliki orang lain". Buku Hijau Gaddafi adalah filosofi politik pemimpin formal. Pertama kali diterbitkan pada tahun 1975 dan dimaksudkan untuk dibaca semua orang Libya bahkan telah dimasukkan ke dalam kurikulum nasional. Saat awal menjadi presiden, Gaddafi telah bersumpah tidak akan memiliki rumah sebelum seluruh rakyat Libya punya rumah sendiri. Terbukti memang. Gaddafi tidak punya rumah sendiri hingga tutup usia. Istana yang ditempati olehnya adalah milik negara. Saat melakukan kunjungan kenegaraan ke manapun, Gaddafi memilih tinggal di tenda daripada menginap di hotel mewah. Konon, nenek moyang Gaddafi adalah kaum nomaden.

2. Pendidikan dan perawatan medis gratis semuanya

Di bawah kepemimpinan Gaddafi, Libya bisa membanggakan salah satu layanan kesehatan terbaik di Timur Tengah dan Afrika. Jika ada warga Libya tidak dapat mengenyam pendidikan yang diinginkan atau mengakses perawatan medis yang memadai di Libya, maka mereka akan didanai untuk pergi ke luar negeri. Tentu saja layanan gratis diberikan setelah melalui proses seleksi dan pemeriksaan. Tidak asal kena sakit panu atau bersin, maka mendaftar minta berobat gratis hingga ke luar negeri. Hehehe...

3. Gaddafi melaksanakan proyek irigasi terbesar di dunia

Sistem irigasi terbesar di dunia yang juga dikenal sebagai sungai buatan manusia yang hebat. Dirancang untuk menyediakan air untuk seluruh negeri di Libya. Ini didanai oleh pemerintah Gaddafi dan dikatakan bahwa Gaddafi sendiri menyebutnya "keajaiban kedelapan dunia".


4. Bebas memulai bisnis pertanian

Jika ada warga Libya yang ingin memulai sebuah usaha bertani, maka mereka diberi sebuah rumah, lahan pertanian dan persediaan hidup berikut benih tanaman secara gratis. Ada risiko yang tak bisa dihindari. Bila di atas lahan pertanian tersebut akan dilalui pembangunan jalan baru, maka mau tak mau lahan itu akan diserahkan kembali ke negara setelah melalui negosiasi dan pemberian kompensasi. Rumah yang dimaksud di sini adalah rumah pertanian, bukan rumah mewah permanen. Kalau di Indonesia semacam mess atau bedeng mungkin ya, tapi bukan pula rumah gubuk. Program ini serupa dengan program transmigrasi di Indonesia pada masa Soeharto. Hanya saja di Libya tak ada program transmigrasi terencana oleh pemerintah.

5. Pemberian beasiswa diberikan kepada ibu yang baru melahirkan

Ketika seorang wanita Libya melahirkan, dia diberi 5000 USD untuk dirinya sendiri dan anak itu. Bila ada yang menyebut bahwa setiap pengantin baru di Libya menerima tunjangan dari negara sebesar 60.000 USD, maka itu sebenarnya rumor belaka untuk mengaburkan fakta keseluruhan.

6. Listrik itu gratis

Listrik gratis di Libya yang berarti benar-benar tidak ada tagihan listrik! Memang belum semua penjuru negeri telah dijangkau oleh jaringan lisrtik. Tapi gratis itu sudah sangat hebat.

7. Bensin murah

Selama masa pemerintahan Gaddafi harga bensin di Libya adalah termasuk yang termurah di dunia. Hanya  0,14 (USD per liter setara Rp1.850 dengan kurs Rp13.400 per 1 USD saat ini. Bila di negara lain mengikuti harga pasar, maka di Libya harga tersebut diterapkan secara flat, tak berubah sepanjang tahun 

8. Gaddafi menaikkan tingkat pendidikan

Sebelumyai, hanya 25% orang Libya yang melek huruf. Angka ini naik hingga 87% pada masa Gaddafi dengan 25% mendapatkan gelar universitas.

9. Libya memiliki sendiri bank negara 

Libya memiliki bank negara sendiri, yang memberikan pinjaman kepada warga negara dengan bunga nol persen berdasarkan undang-undang dan mereka tidak memiliki utang eksternal. Sebagai catatan, kata sebuah sumber, pinjaman tanpa bunga tersebut tetap dibebankan biaya administrasi.

10. Dinar emas

Sebelum jatuhnya Tripoli dan kematiannya yang terlalu cepat, Gaddafi mencoba mengenalkan satu mata uang tunggal di Afrika yang terkait dengan emas. Mengikuti langkah perintis besar Marcus Garvey yang pertama kali menciptakan istilah "Negara Serikat di Afrika". Gaddafi ingin mengenalkan dan hanya Dinar emas Afrika dalam perdagagan, bukan uang kertas - sebuah langkah yang dianggap akan membuat ekonomi dunia kacau.

Dinar banyak ditentang oleh para 'elit' saat ini dan siapa yang bisa menyalahkan mereka. Bila terjadi, negara-negara Afrika akhirnya akan memiliki kekuatan untuk melepaskan dirinya dari lilitan utang dan kemiskinan dengan hanya memperdagangkan komoditas berharga ini. Mereka akhirnya bisa mengatakan 'tidak' terhadap eksploitasi eksternal dan menagih apapun yang mereka rasa sesuai untuk sumber daya berharga. Telah dikatakan bahwa Dinar emas adalah alasan sebenarnya untuk pemberontakan pimpinan NATO, dalam upaya untuk menggulingkan pemimpin vokal tersebut.

Libya pada masa Gaddafi sama sekali tak punya utang luar negeri. Utang dalam arti betul-betul utang dana segar dari negara asing atau lembaga keuangan internasional semacam IMF atau Bank Dunia, bukan utang transaksi perdagangan. Saat terjadi kerusuhan massal dan pemberontakan, sekitar 150 miliar USD cadangan devisa Libya di luar negeri telah dibekukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO dengan tujuan mempercepat kejatuhan Gaddafi.

Salinan Bahasa Inggris: verrykusral's blog





0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat!