Monday 1 November 2010

Kaisar Qin Shi Huang (1)

Oleh: Zang Shan
Qin Shi Huang (Wikimedia Commons)

Kaisar Qin Shi Huang dihormati secara luas sebagai kaisar pertama dari Tiongkok bersatu. 
Qin Shi Huang dilahirkan selama periode Perang Antar Negara (475 SM sampai 221 SM) dan menghadapi banyak hambatan. Kemunculannya  ke panggung kekuasaan adalah legenda besar dalam sejarah Tiongkok.

Ayah Kaisar Qin adalah Ying Yiren. 

Pada masa mudanya, Ying adalah seorang pangeran yang tinggal di pengasingan Negara Qin sebagai sandera, ditahan oleh Negara Zhao. 

Ying hidup miskin selama disandera.

Kakek Ying adalah Raja Qin, tetapi ayah Ying bukan putra mahkota.

Ying juga memiliki lebih dari 20 saudara dari istri-istri ayahnya. Dia dikirim ke Zhao karena dia adalah anggota dari keluarga kerajaan yang merupakan kebiasaan pada Periode Perang Antar Negara untuk menjaga perdamaian antara negara-negara tetangga.

Pada saat itu, ada tujuh negara di Tiongkok, semuanya saling berperang. Zhao adalah yang terkuat secara militer dan telah berperang dengan Qin bertahun-tahun lamanya. 

Pada tahun 260 SM, pedagang Lu Buwei mengunjungi Ying, yang tinggal dalam keputusasaan yang mendalam.

Lu, dengan ketajaman politik luar biasa, menyadari bahwa ini adalah kesempatan sekali seumur hidup miliknya. Lu menginvestasikan sejumlah besar uang untuk mendukung Ying, dan bahkan memberikan Ying salah satu selir kesayangannya, Putri Zhao.

Tahun berikutnya, 259 SM, Ying dan Putri Zhao memiliki seorang putra. Mereka menamai anak itu Ying Zheng, yang kemudian menjadi Kaisar Qin Shi Huang.

Lu meneruskan politiknya bagi Ying Yiren. Berkat keahlian persuasinya dan dukungan besar, Ying dan keluarganya dapat kembali ke Negara Qin dua tahun berikutnya. Lu juga berhasil menjadikan ayah Ying dan penerusnya menjadi penerus kerajaan.

Setelah ayahnya meninggal, pada 247 SM Ying Zheng menjadi raja Qin di usia 12 tahun. (Beberapa pendapat diantara para cendekiawan yang menyatakan bahwa Lu Buwei adalah ayah asli Ying Zheng) Lu menjadi pejabat tertinggi di kerajaan dan mengendalikan semua urusan kerajaan.

Nasib baik Lu tidak bertahan lama dan pada 234 SM, Ying Zheng telah dewasa dan mengambil alih kekuasaan negara. Segera setelahnya, Lu terlibat dalam kup dan dipaksa bunuh diri. Apa yang tersisa darinya adalah buku sejarah yang dieditnya, seperti yang dikenal sekarang.

Setelah Ying Zheng menjadi raja, dia bertekad untuk memperkuat Qin dan bersiap mencaplok keenam negara lainnya. Kebijakan Qin berfokus pada aturan hukum. 

Dia menghadiahi petani dan prajurit-prajurit karena membangun ekonomi negara dan kekuatan militer. Perlahan-lahan, hukum Qin menjadi sangat menditail dan menyeluruh. 

Contohnya, keluarga-keluarga akan didenda karena melanggar wajib militer jika mereka punya anak laki-laki tapi tidak mengirimkannya bergabung dalam militer.

Pendekatan Ying Zheng pada negara yang bertikai adalah berteman dengan negara yang jauh dan menyerang yang paling dekat. Perlahan-lahan, negara-negara dekat Qin dikalahkan dan dicaplok. 

Segera setelahnya, Qin dapat mengambil alih keenam negara lainnya, dengan tambahan negara Nanyue di Selatan (termasuk sekarang Guangdong, Guangxi dan propinsi Yunnan). Tahun 221 SM, dia membentuk dinasti terbesar dalam sejarah Tiongkok.

Bagaimana Ying Zheng memerintah negara dengan wilayah dan populasi terbesar? Banyak pejabat menyarankannya untuk membagi-bagi tanah dan menyerahkannya kepada para jenderal sebagai hadiah, yang akhirnya akan membentuk negara-negara kecil, tetapi Ying Zheng tidak setuju.

Dia adalah kaisar pertama yang menganggap dirinya sebagai Kaisar Tiongkok. Tidak ada gelar itu sebelum dia menciptakannya dan karena itu dipanggil dengan Kaisar Pertama Tiongkok. Dia berharap Qin akan bertahan selamanya, jadi dia menjalankan kebijakan-kebijakan yang memperkuat kekuasaannya. (EpochTimes/ray)

http://erabaru.net/china-news-a-culture/44-china-update/18664-kaisar-qin-shi-huang-1

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat!