Thursday 3 February 2011

Revolusi Mesir Ancam SBY

Kamis, 03 Februari 2011 12:16



Mesir laksana api yang menyala-nyala. Demikian informasi yang beredar melalui jejaring sosial. Selama beberapa hari ini, Mesir laksana negeri yang dilanda peperangan. Hingga kini, api tersulut di mana-mana. Bangsa Mesir yang dikenal sebagai bangsa berperadaban tinggi dan telah melahirkan mahakarya piramida itu tiba-tiba menjadi beringas dan menjarah di mana-mana. Semua warga seolah hendak melepaskan kekesalan atas situasi bangsa yang selama puluhan tahun seolah jalan di tempat.

Media internasional yang berbasis di Qatar, Al Jazeera, menyebut fenomena ini sebagai gagasan tentang revolusi yang diimpor dan kemudian menyulut sekam ketimpangan sosial. Semua orang sudah mafhum, revolusi ini bermula dari Tunisia, selanjutnya menyebar ke Mesir. Analis politik internasional Marwan Bishara memperkirakan bahwa laksana api yang menyulut, gagasan tentang people power dan revolusi boleh jadi akan menyebar ke negeri-negeri lain. “Sepanjang negeri itu mengalami ketimpangan sosial, maka gagasan revolusi akan mudah tersulut. Lihat saja apa yang terjadi di Indonesia,” kata Marwan, sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Kata Marwan, beberapa negara Islam berpotensi besar untuk mengadopsi gerakan tersebut. Dalam analisisnya, ia juga menyebut beberapa negara di Asia yang bisa menyala sebagaimana Mesir, termasuk Indonesia. Bagi saya, gagasan Marwan ini bukanlah sesuatu yang baru. Situasi perekonomian Indonesia dan Mesir tidak terlalu jauh berbeda. Di Indonesia, angka statistik tentang pertumbuhan ekonomi menjadi akrobatik angka-angka yang tidak mencerminkan kondisi riil yang terjadi dalam tubuh perekonomian kita. Pemerintah menyebut angka kemiskinan kian berkurang, sementara secara kualitatif kesejahteraan masyarakat justru tidak beranjak. Angka-angka itu telah membohongi banyak orang.

Jika isu krusial yang mencuat di Tunisia dan Mesir adalah kesejahteraan, maka Indonesia adalah negeri yang setali tiga uang. Jika konflik di mesir dipicu oleh rezim otoritarian, maka Indonesia sedang memasuki rezim otoritarianisme ketika pemerintah kian sibuk dengan pencitraan hingga mengabaikan situasi politik dan ekonomi dalam negeri yang sesungguhnya sedang morat-marit.

Analis internasional Anthony Georgieff mengatakan bahwa konflik mudah tersulut karena faktor kemiskinan, ketidakadilan dan gap sosial yang terlalu besar. Katanya, pada era diatas tahun 1990, lebih dari 80 persen konflik dan peperangan di dunia disebabkan karena faktor kemiskinan dan krisis perekonomian. Negara miskin lebih besar memiliki peluang konflik dibandingkan dengan negara kaya (dengan angka 3 banding 1).

Kemiskinan bisa disebut sebagai kondisi kesejarahan yang kemudian memicu revolusi. Ibarat sebuah sekam, kemiskinan membutuhkan sebuah pemantik, api kecil yang kemudian membakar. Revolusi membutuhkan sebuah gagasan-gagasan besar. Inilah yang kemudian menyala di Tunisia dan selanjutnya tersebar hingga Mesir. Lantas, jika analisis Marwan dan Georgieff benar, seberapa jauhkah gagasan ini menyebar dan meledak di Indonesia? Bukankah kondisi kesejarahannya sama?


Kepanikan Rezim SBY

Tanda-tanda panik rezim Presiden susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah mulai nampak ketika Mesir mulai tersulut. Menurut sumber yang dekat dengan kalangan istana, sejumlah staf ahli yang dekat dengan Presiden SBY sudah punya sejumlah kartu truf untuk menghadapi perkiraan gelombang aksi yang bisa menjalar ke sini. Mereka telah mempelajari bagaimana psikologi massa rakyat Indonesia yang mudah terombang-ambing. Mereka bergerak melalui kekuatan media massa untuk menggiring opini public.

Presiden SBY sadar betul bahwa masyarakat Indonesia mudah heboh dengan sebuah peristiwa yang direkayasa. Mereka juga sadar bahwa media massa Indonesia ibarat kerbau yang udah dicucuk hidungnya dan digiring ke mana-mana. Mereka paham betul teori jarum hipodermik dalam media massa kita yang mengatakan bahwa media massa memiliki efek serupa jarum suntik yang sanggup membuat pingsan seseorang hingga melupakan realitas yang sesungguhnya. Menurut sebuah sumber, mereka sudah melakukan testing the water untuk mengetahui reaksi publik dengan kasus crop circle di Sleman, Yogyakarta.

Pada saat kasus Gayus mulai terkuak dan dikhawatirkan bisa berujung ke dana yang mengalir sebagai biaya kampanye pemerintah, maka crop circle dimunculkan. Segera setelah itu, semua media massa akan sibuk mengangkat fenomena tersebut. Semua media –termasuk infotainment—sibuk mengangkat isu crop circle sehingga kasus Gayus yang sesungguhnya jauh lebih substansial langsung tertutupi.

Ketika Mesir mulai tersulut, rezim SBY sadar betul bahwa efek revolusi akan menyebar sampai ke Indonesia. Pada Sabtu (28/1) lalu, ketika Mesir mulai heboh dengan demonstrasi, tiba-tiba saja puluhan anggota dewan ditangkap Komisi Pemberantasan korupsi (KPK). Mereka lalu ditahan. Media massa langsung heboh memberitakan hal tersebut sehingga isu Mesir mulai terutupi.

Padahal, menurut beberapa sumber dalam, pemerintah tidak seberapa serius dengan penangkapan itu. Yang dilakukan hanya membangun citra yang kuat di benak rakyat bahwa pemerintahan ini tidak sama dengan pemerintahan Mubarak di mesir sana yang tidak tegas dalam penegakan hukum. Toh, keseriousan itu akan diuji di hadapan pengadilan nanti. “Lihat saja nanti. Hamka Yandhu yang paling berperan dan menjadi operator suap Miranda, hanya divonis tiga tahun penjara. Itupun sering pulkam ke Makassar. Palingan, mereka (anggota DPR yang ditahan) itu hanya dua tahun. Itupun bisa kayak gayus melenggang keluar,” kata sumber tersebut.

Nah, kartu penangkapan anggota dewan sudah dimainkan. Sementara mesir juga belum reda dengan demonstrasi. Maka lihat saja minggu depan. Televisi kembali menyiarkan berita demonstrasi Mesir setiap saat. Maka bisa dipastikan dalam waktu dekat ini akan ada lagi kartu truf yang dimainkan rezim SBY untuk menggiring opini publik.

Dengan berpikir yang melihat massa sebagai obyek atas tumpahan informasi, maka bisa dipastikan rezim akan berpacu bagai sedang berada dalam perlombaan untuk menemukan formulasi tepat demi mengendalikan wacana revolusi sosial ala Mesir. (yusran darmawan)

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat!