Wednesday 20 July 2011

Kaitan Ahmadiyah dengan Dalang Pemberontakan Gerakan 30S 1965

Mirza Ghulam Ahmad. Foto: theglobal-review.com
Artikel ini diambil dari tulisan Herman L. Beck dalam Bijdragen tot de Taal, Land en Volkenkunde (2005: 210-246) dan Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI, yang pernah dipublikasikan di Jawa Pos dan Indo Pos.


Tahun 1928, tokoh Muhammadiyah Raden Ngabehi H.M. Djojosoegito, kakek sepupu Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendirikan Ahmadiyah Indonesia. Inilah alasan kuat mengapa Gus Dur mati-matian membela Ahmadiyah. Sebab kakek sepupunya adalah Pendiri Ahmadiyah.

Tahun 1930, pemerintah Hindia Belanda dan pemerintah Inggris berkoalisi mendanai Ahmadiyah di Indonesia. Selain ketua Djojosoegito (kakek sepupu Gus Dur), terdapat nama Erfan Dahlan sebagai pendiri Ahmadiyah. Erfan Dahlan merupakan putra dari H. Achmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) yang belajar tentang Ahmadiyah di Lahore dan Qadian. Kemudian mengembangkan aliran tersebut di Thailand. Nampak jelas sekali, bahwa tokoh-tokoh Muhammadiyah juga harus bertanggung jawab dengan keberadaan Ahmadiyah di Indonesia. Karena itu mengapa Amin Rais, Syafi’i Ma’arif, Din Syamsuddin dan Dawam Raharjo lebih mendukung AKKBB dan Ahmadiyah daripada membela umat Islam. Sebab senior mereka adalah pendiri Ahmadiyah. Bahkan mereka mendapatkan dana besar dari sponsor Ahmadiyah, yaitu Rand Corporation (http://www.rand.org/), sebuah perusahaan Intelijen gabungan Amerika-Inggris-Belanda-Australia dan Israel, yang dipercayakan kepada the United States Air Force.

Kawan akrab Erfan Dahlan, yaitu Muso, Lukman Wiriadinata, DN.Aidit, Nyoto, Soebandrio,dan Untung. Enam pemuda tadi awalnya adalah pemuda Muhammadiyah yang kemudian belajar tentang Ahmadiyah di Lahore dan Qadian, dan akhirnya bergabung ke Ahmadiyah. Dengan restu pimpinan Ahmadiyah Indonesia, keenam pemuda tersebut setelah kembali ke Indonesia bergabung dengan PKI (Partai Komunis Indonesia), bahkan menjadi dalang G 30 S 1965 Tahun 1948, Muso memimpin pemberontakan PKI di Madiun. Tahun 1953, Soebandrio terpilih menjadi Menteri Luar Negeri dan Lukman Wiriadinata menjadi Menteri Kehakiman RI selama 2 periode, yakni pada kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap. Target utamanya adalah mengesahkan Ahmadiyah melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal 13-3-1953) menjadi Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Tahun 1965, tepatnya 30 September 1965, DN.Aidit, Nyoto, dan Untung memimpin pemberontakan G 30 S 1965. Mereka membunuh para jenderal Angkatan Darat yang berpihak pada Islam, seperti A.H. Nasution, Ahmad Yani, dan lain-lain. Serta banyak membunuh ulama’ dan habib pembela Islam sebagai target pemberontakan. Inilah data hitam Ahmadiyah di Indonesia yang belum terungkap.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat!